Mohon tunggu...
Mawan Sastra
Mawan Sastra Mohon Tunggu... Koki - Koki Nasi Goreng

penggemar fanatik Liverpool sekaligus penggemar berat Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Laras dan Matinya Pengarang yang Mengarang Kisah Laras

29 Januari 2018   17:54 Diperbarui: 29 Januari 2018   17:59 1374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: inpixio.com

Aku tidak bisa mencerna dengan baik lagi perkataan Laras selanjutnya. Apakah setelah kata-kata itu ia akan membunuhku atau tidak. Aku disibukkan mengingat salah satu karanganku yang kubuat ada masa silam berjudul 'Kisah Laras'. Karangan yang ditolak beberapa redaksi. Gara-gara penolakan mentah-mentah itu sehingga aku kepincut untuk menekuni proses kreativitas menulis. 

Dalam kisah itu aku menggunakan dua sudut pandang. Sudut pandang orang pertama, 'Aku' berposisi sebagai kekasih Laras yang meninggalkannya. Dan sudut pandang orang ketiga menggambarkan keadaan Laras setelah tokoh 'Aku' meninggalkannya. Garis besar cerita itu persis apa yang Laras paparkan tadi padaku. Hanya berbeda pada bagian cara kematian Laras. 

Kisah itu kutuliskan Laras mati dalam keadaan bunuh diri, menusuk kemaluannya menggunakan pisau. Terus terang saja, sebelum aku memutuskan itu, aku sempat menuliskan bahwa Laras mati karena dibunuh oleh si pemerkosanya yaitu Berlin dan Burahimah. Tapi buru-buru kuhapus dengan berbagai pertimbangan. Sehingga aku terhenyak kaget mendengar pengakuan Laras bahwa ia mati bunuh diri. Apakah karena  itu, ia ingin aku mati di tangannya?

***

Cerita pertama usai, ia berlanjut menggarap cerita baru. Menjelang waktu duhur, ia menyudahi aktifitas menulisnya. Mandi, makan dan beribadah kemudian rehat sejenak. Setelah itu, ia akan menulis lagi sampai  tengah malam. Ia hanya berhenti saat tubuhnya menuntut hak-haknya. Begitulah kegiatannya seratus hari terakhir ini. Yang ia bilang sedang menekuni proses kreativitas menulis, demi menjadi pengarang profesional. 

Pada hari keseratus satu proses kreatifitas menulisnya. Gerombolan anak sekolah tidak melihat lagi ia duduk di teras rumah di hadapan laptopnya bercumbu dengan ide-idenya. Beberapa  petani akan menyunggingkan senyum ke arahnya manakala lewat di depan rumah itu, tapi hari ini tidak lagi. Tukang ojek, ibu-ibu, para tetangga tak melihat batang hidung si pengarang itu. Usut punya usut si pengarang itu telah mati. Ia dibunuh  salah satu tokoh yang ia buat sendiri dalam karangannya. Tokoh itu bernama Laras. ***


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun