Mohon tunggu...
Mawan Sastra
Mawan Sastra Mohon Tunggu... Koki - Koki Nasi Goreng

penggemar fanatik Liverpool sekaligus penggemar berat Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Laras dan Matinya Pengarang yang Mengarang Kisah Laras

29 Januari 2018   17:54 Diperbarui: 29 Januari 2018   17:59 1374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: inpixio.com

"Baiklah! Kulanjutkan ceritaku! Dengar baik-baik!" Laras yang tadi berdiri duduk di pinggir ranjang. Pisau masih berada dalam genggamannya. Bisa saja sewaktu-waktu pisau itu ia lemparkan ke arahku, mengenaiku hingga aku mati. Mendekatnya Laras kurasakan ajal semakin dekat pula padaku. Laras melanjutkan ucapannya.

"Kita sepasang kekasih yang saling mencintai. Sekat-sekat agama bukan penghalang lagi. Hingga kita berani melanggar sesuatu yang dilarang. Malam itu, kita menyetujui untuk melakukan persetubuhan di suatu tempat. Saat puncak kenikmatan itu kita raih. Dua orang pemuda sialan mengarahkan senternya ke arah kita yang masih dalam keadaan berpeluk. Mereka meneriaki kita, dan bergegas menghampiri kita.

Kau yang sudah diambang ketakutan tak kalah cepat dari mereka. Cepat-cepat kau bangkit dan memungut pakaianmu. Lalu kau lari tanpa terbersit dipikiranmu untuk menungguku. Kau meninggalkanku begitu saja. Aku tidak mungkin menyusulmu dalam keadaan telanjang. Kupakai kembali bajuku. Dan, saat ingin menyusulmu aku sudah ditangkap oleh mereka." Laras berhenti sejenak mengatur nafasnya, menatap lekat-lekat ke arahku. Sebenarnya aku hapal betul apa yang ia ceritakan. Tapi kubiarkan ia melanjutkannya.        

"Kau tahu apa yang dua pemuda itu lakukan padaku?"

"Anda diperkosa mereka," aku menjawab.

"Ya, aku diperkosa. Lihatlah bajuku ini, tangan nakal merekalah yang merobek-robek," kulirik leher bajunya yang sobek itu. Sekilas kulihat dadanya di balik sobekan itu.


"Mereka binatang! Mereka mengancamku untuk melaporkanku ke warga bahwa aku telah berbuat mesum. Aku tidak takut apabila mereka melaporkanku. Jika kabar perzinahan kita diketahui oleh banyak orang. Toh, kita akan dinakahkan sebagaimana aturan adat. 

Tapi mereka menakut-nakutiku. Katanya aku akan digebukin warga. Bisa saja mereka tutup mulut andai aku mau melayaninya. Tapi aku tidak mau, dan tetap bertahan. Sudah cukup harga diriku hilang olehmu. Aku tidak ingin diperparah lagi melayani nafsu mereka.

Aku bersikukuh menolak dengan keras. Sayangnya aku tetaplah perempuan yang lemah dan dihinakan. Mau tidak mau aku harus menjadi salah satu korban dari sekian banyaknya kejahatan seksual yang dialami oleh kaum perempuan." Laras menjedah ucapannya beberap detik. 

"Tidak benar kalau aku mati bunuh diri. Dan kau keliru memberikan informasi pada orang lain perihal kematianku. Setelah pemerkosaan itu. Mereka khawatir jika aku masih hidup dan membuka mulut. Tentu mereka akan dalam bahaya. Tanpa hati nurani lagi, mereka mengambil pisau. Lalu mereka menusuk kemaluanku dengan pisau itu. Aku benar-benar tidak menyangka kematianku bakal setragis itu. Aku merasa salah satu dari banyaknya perempuan paling malang di dunia. Yang paling membuatku bersedih. Hukum abai pada kematianku. Bungkam, tak mau mengusut tuntas. Menerima begitu saja kalau aku bunuh diri," Air mata Laras makin mengucur deras.

"Ini semua gara-gara kamu. Kau egosi! Mengapa pada waktu itu kau meninggalkanku? Maka kau harus menerima ganjarannya yaitu mati di tanganku ...."  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun