Mohon tunggu...
Mawan Sastra
Mawan Sastra Mohon Tunggu... Koki - Koki Nasi Goreng

penggemar fanatik Liverpool sekaligus penggemar berat Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Laras dan Matinya Pengarang yang Mengarang Kisah Laras

29 Januari 2018   17:54 Diperbarui: 29 Januari 2018   17:59 1374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: inpixio.com

"Kau pengecut! Setelah kau setubuhi aku. Kau dapati kenikmatan dariku. Kau berlari cepat-cepat. Sementara aku yang sedang memakai pakaian kalah cepat dari mereka yang memergoki kita."

"Aku tidak mengerti apa maksud Anda. Bisa Anda ceritakan lebih detil," kutaku pada Laras. Aku memintanya menceritakan lebih detil untuk memastikan saja firasatku. Ia diam beberapa saat.

"Sudah berapa banya cerita yang kau tulis?" Tiba-tiba saja Laras bertanya seperti itu. Membuatku semakin gagal paham.

"Sudah sangat banyak."

"Sudah sangat banyak juga orang yang baca?"

"Belum! Hanya ada beberapa teman dekatku yang mengapresiasi. Katanya karanganku sudah mumpuni dan sudah pantas berbicara banyak di koran-koran. Tapi aku selalu menganggap karanganku belum baik, harus banyak latihan lagi. Lagi pula aku masih dalam tahap menekuni proses kreatifitas menulis."


"Aku sepakat dengan temanmu itu. Kau memang sudah piawai mengarang. Karanganmu sudah memiliki roh. Roh itu akan selalu hidup di hati pembacanya. Jangan pesimis! Cobalah untuk mengirim karanganmu ke redekaksi. Aku yakin ia akan dimuat. Kalau pun tidak, terima dengan lapang dada." 

"Aku sudah pernah mencobanya. Tapi gagal!" Kataku.

"Coba lagi! Jangan menyerah!" Mendengar ucapan Laras seperti itu, perlahan-lahan rasa takutku terusir. Tapi beberapa detik kemudian aku kembali takut.

"Kau boleh mengarang sesuka hati. Menciptakan banyak karakter dalam karangan-karanganmu. Tapi sayang, kau akan mati di tanganku," perkataan Laras seperti itu membuatku takut. 

"Tunjukkan kesalahanku!" Kataku. Laras kemudian melangkah mendekatiku. Sekarang ia berdiri di pinggir ranjang. Sementara aku masih menepi di sudut ranjang. Wajah Laras semakin jelas, wajah yang sama sebelum ia memutuskan menusuk kemaluannya dengan pisau hingga ia mati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun