"Benar dilaporkan?" Mata Titik melebar.
"Dengar-dengar memang begitu," jawab Tara.
"Kasus remeh begitu saja dilaporkan. Apatah lagi kalau pencurian celana dalam. Pokoknya saya mau melaporkan juga ke polisi." Titik bersikeras.
"Jangan terburu-buru, Ti. Siapa tahu saja dua atau tiga hari ke depan kita tahu pelakunya."
***
Karena teramat penasaran siapa pelakunya. Malam ini, mereka berempat kompak begadang. Di ruang tengah mereka berkumpul. Gorden jendela sengaja dibuka. Biar leluasa memantau jemuran yang berada di samping rumah. Pada jemuran itu digantung masing-masing celana dalam mereka.Â
Sampai jam sepuluh malam, keadaan masih aman. Mereka berempat menonton televisi acara pencarian bakat nyanyi dangdut. Yang sudah setengah dekade menjadi acara andalan salah satu stasiun televisi swasta. Sesekali mereka menengok keluar jendela. Tidak terjadi apa-apa di sana. Celana dalam yang digantung masih solid di tempatnya. Sepertiga akhir malam mereka mulai terseran kantuk. Tara sudah berkali-kali menguap. Titik yang memiliki ide untuk begadang, tidur nyenyak di atas sofa. Tuti masih asyik menonton. Dan Tita sibuk memainkan smartphone-nya.Â
Waktu subuh masuk. Pak Arlang yang siap-siap berangkat ke masjid. Mendapati keempat anaknya tidur tidak karuan di ruang tengah. Ia hanya menggelengkan kepala. Kemudian membangunkan mereka. Teledor! Di jemuran, keempat celana dalam mereka ludes dicuri. "Hilang lagi, Pa" ucap mereka kompak setelah menengok keluar jendela. Tidak menemukan lagi celana dalamnya.Â
Kasus kehilangan celana dalam keempat putri Pak Arlang menjadi perbincangan hangat para tetangganya. Mereka mengutuk pelakunya. Bahkan ada warga saking geramnya, katanya ingin menghajar habis-habisan pencurinya. Kalau perlu dibakar biar tahu rasa.
 Karena sudah banyak orang yang tahu kejahatan itu. Lambat laung mereka tidak kehilangan celana dalam lagi. Bisa saja pelakunya ketakutan. Atau ia sudah insaf.
Suatu waktu, salah satu putri Pak Arlang bernama Titik dilamar anak tetangga sebelah. Si Rahmat laki-laki alim dan soleh itu. Mereka pun melangsungkan pernikahan. Setelah  mereka menikah, mau tidak mau Titik harus menetap di rumah Rahmat. Karena memang dia sebagai pewaris rumah itu. Kakak-kakaknya terlebih dahulu sudah menikah.Â