Mohon tunggu...
Kuncarsono Prasetyo
Kuncarsono Prasetyo Mohon Tunggu... Konsultan - Sejarah itu asyik :)

Tukang gambar yang interes pada sejarah

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Filosofi Sambal (1). Sudah Tau Bikin Menderita kok Dicari

1 November 2019   00:12 Diperbarui: 1 November 2019   18:38 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya heran, tengah malam begini saya lagi-lagi rela antre di sego sambel Mak Yeye (nasi sambal Mak Yeye. Red). Wonokromo Surabaya.

Padahal pengalaman antre di tempat ini sudah saya lakoni sejak 2003. Saat seporsinya masih Rp 6.000 (sekarang Rp 18.000).

Saya sih tidak dalam berdebat enak tidaknya kuliner di tempat ini. Tetapi mempermasalahkan keheranan terhadap orang-orang yang rela antre malam2, termasuk saya juga sih .
Demi apa coba? demi berburu penderitaan. 

Yup, pedas adalah penderitaan? ya sudah barang tamtu kepedasan tidak pernah nyaman di body, suasananya menderita.

Ada yang benar-benar tulus didera penderitaan, karena memang cari gara-gara.

Tapi ada yang tidak ikhlas dirinya menderita, sedangkan tidak mau jauh dari hal yang membuatnya menderita. Bingung kan?

dokpri
dokpri
Mau tahu contohnya? saya sering lihat kelakuan orang-orang yg makan. Lho... masih tiga empat suap, berkeringat. Ambil gelas minum satu tegukan, begitu bolak balik. Seporsi belum habis, es teh segelas udah minta tambah.

Lha ini ngapain pakai minta sambelllll..    kalau cemen gitu, mending minta kecap.

Ini lagi gak kalah aneh, udah tahu yang namanya sambal itu makanan bergenre pedes, masih ditanya sama yang jual, sambelnya pedes apa gak. Heranku banyak yang bilang gak.

BACA JUGA : Benteng terakhir Umat Kong Hu Chu

BACA JUGA : Makam Gubernur Jenderal yang Misterius 

Jadilah sambel yang sudah siap tuang, ditambahi gula. lho, mbak, ini warung nasi sambel, bukan nasi syirup.

Kalau gak doyan pedes ngapain minta sambel dimodif lagi.

Ini sebuah fenomena aneh menurutku. Saking anehnya, setelah pulang saya harus cari literatur untuk menemukan teori kritis tentang sambelogi dan filosofinya.

dokpri
dokpri
Ya. Ternyata ada. Dalam sebuah esai yang ditulis John McQuaid di Wall Street Journal, rasa pedas melahirkan perasaan menderita dan bahagia sekaligus. lho???

Perasaan bertolak belakang dalam satu konstruksi berfikir ini yang tidak ditemukan oleh rasa lain, selain pedas.

Saat makan cabai, manusia akan membiarkan tubuhnya menerima sesuatu yang dia tahu akan membuat kesengsaraan yaitu rasa kepedasan, tapi tetap memakannya. Setelah makan, kapok. dan besok balik lagi

Yaa... ibaratnya seperti bersedia disakiti dengan ikhlas.

BACA KELANJUTANNYA :  Filosofi Sambal (2). Inilah Sejarah Sambal Nusantara 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun