Keberadaan mereka menjadi kisah inspiratif. Pengarang Moby Dick, Herman Melville mendeskripsikan sang Kembar Siam sebagai sejenis monster dalam salah satu kisahnya.
Mark Twain malahan mengisahkan Chang dan Eng dalam komiknya dengan cara konyol. Disebutkan jika kedua saudara tersebut adalah musuh bebuyutan. Eng di pihak Yankee, dan Chang di pihak lawan.
Twain juga mendeskripsikan jika mereka bertempur dengan gagah berani. Mereka bahkan pernah dijadikan tawanan oleh satu sama lain.
Selanjutnya Twain menutup kisah dengan keputusan pengadilan militer. Siapakah yang menangkap dan yang ditangkap.
Sayangya Twain kurang teliti. Tentang seragam, posisi pada saat pertempuran, dan bagaimana caranya mereka menembak musuh? Silahkan berimajinasi.
Namun, konon mereka juga sempat mendapat panggilan untuk bergabung dengan pasukan Selatan. Tapi, mereka menolak.
**
Di tengah kesuksesan, ada juga isu tidak sedap. Pada 1852, media lokal memberitakan bahwa Chang dan Eng memiliki budak. Lalu, tersebarlah kabar jika mereka adalah majikan yang kejam.
Nyatanya, menurut warga setempat, berita tersebut hanyalah hoax. Chang dan Eng memang memiliki 33 budak, tapi mereka adalah majikan terhormat.
Apalagi disebutkan bahwa mereka mengajar para budak untuk membaca dan menulis. Sesuatu yang sebenarnya terlarang di masa perbudakan. Di beberapa negara bagian bahkan bisa dihukum mati.
**