Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sssttt, Anak-anak Jauh Lebih Mengenal Seks daripada Kita Lho

27 Februari 2020   15:31 Diperbarui: 27 Februari 2020   16:04 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Ibu Dari Balita--theparanthub.net

Perlukah manusia dididik mengenai masalah seks? Sebagai sesama mahluk hidup, rasanya hewan juga tidak penah diajarkan tentang seks. Pokoknya, insting bermain, jadi dehhhh...

Namun tentunya naif, jika menyamakan manusia dan hewan, meskipun sama sama mahluk hidup.

Hewan tidak perlu diajarkan menyantap makanan, namun manusia harus diajar bagaimana menggunakan peralatan makan dengan benar.

Seks dan makan sama sama dibutuhkan untuk kelangsungan hidup. Telah menjadi satu paket dengan penciptaan itu sendiri. Tidak perlu diajarkan.

Berbicara mengenai Pendidikan Seks juga rancu adanya. Tidak ada standar kurikulum yang pasti mengenai pendidikan yang satu ini.

Jika keluarga diharapkan untuk memberikan Pendidikan Seks sejak dini, defenisi dini itu usia berapa ya? Bayi? 5 tahun? Usia Puber?

Apa juga yang mau diajarkan? Reproduksi? Hubungan seksual? Atau moralitas pasangan? Atau mungkin cukup dengan bersiap siap menjawab apa yang akan ditanyakan?

"Ma... Adik datangnya darimana ya?"

"Pa... Kok Papa suka gendong gendong mama, kan sudah besar?"

Saya mencoba berkilas balik ke masa kecil, dimana Pendidikan Seks sudah seharusnya diterima...

Mencoba berpikir...? Oh iya pernah ada...

Waktu itu saya masih duduk di bangku SMA, dan suasana belajar terhenti oleh suara kepala sekolah yang memperkenalkan seorang dokter muda yang akan berbicara mengenai Pendidikan Seks.

"Uhhhhhhhh..." Begitulah tanggapan dari murid sekelas.

Gambar alat kelamin dalam bentuk sopan menjelaskan mengenai sistem reproduksi, membuat murid terkagum kagum...

"Ohhhh... dari situ ya datangnya adek." Begitulah kesimpulan murid sekelas.

Kondom asli dikeluarkan dari plastik dan diperlihatkan dengan setengah hati, membuat murid wanita tersipu malu, dan murid lelaki tertawa lepas.

"Ahhhhh... gua sudah tahu caranya goblok," Begitulah celoteh Max, murid terbadung dari kelas III Fisika.

Inilah sedikit bayangan mengenai Pendidikan Seks yang saya dapatkan untuk pertama kali sejak usia dini, meskipun menurut saya, yang diajarkan itu sudah dipahami dengan sangat jelas oleh teman sekelas.

Buktinya, seminggu setelah Pendidikan Seks diajarkan, santer terdengar kabar, sepasang insan kedapatan berhubungan intim di WC sekolah. Ternyata mereka berdua adalah murid yang sangat menghayati Pendidikan Seks yang kepepet.

Syukur alhamdulilah, 30 tahun telah berlalu dan sang pelaku masih menjadi pasangan suami istri yang setia. Tidak ada yang salah disini, kecuali malu dimasa lalu.

Saya juga mengingat kisah dari kawan SMA yang bernama Richard (nama samaran). Adalah lazim jika sesama murid SMA berkunjung dan bermain di rumah kawan.

Seorang kawan membawa majalah remaja "RIA FILM" dan membuat Richard ketakutan bukan kepalang, karena majalah "remaja" adalah barang "haram" di rumahnya.

Menurut Richard, jika ibunya menemukan majalah macam macam, maka dia akan diganjar dengan hukuman berdoa selama dua jam.

Si Max yang jauh lebih berpendidikan diantara kita, sontak mengambil alih Pendidikan Seks untuk Richard dan para perjaka lugu lainnya.

Diajaklah 6 orang, termasuk saya dan si Richard menuju ke rumahnya yang sepi dan memutar film Por**. Hasilnya cukup bagus. Si Richard tersenyum senyum masam mendapatkan pencerahan untuk pertama kalinya sejak bertahun tahun membuka pabrik Sper**.

Mengantisipasi pertanyaan anak mengenai seks, memang perlu niatan khusus. Tidak usah takut, apalagi terkejut, karena belum tentu anak anak selugu apa yang dipikirkan. Bisa saja mereka telah mendapapatkan Pendidikan Seks dari teman sejawatnya.

Anak Abe (tokoh fiktif), berkumpul dengan kawan dan menceritakan bagaimana ibunya berteriak teriak di waktu malam dan membuatnya sedih.

Anak Budi (tokoh fiktif), berbisik kepada Anak Cherryl (tokoh fiktif), "Aku cium kamu ya, biar nanti kita bisa menjadi orang hebat kayak ayah-bundaku."

Ini belum termasuk informasi terselubung yang dapat dengan mudah diakses di setiap gawai para anak, seperti bisa hamil di kolam renang.

Saya sendiri belum pernah mendapatkan pertanyaan menjebak dari anak anak saya. Entah apa yang terjadi, namun sepertinya anak anak tumbuh dewasa tanpa adanya Pendidikan Seks yang memadai.

Namun hasilnya cukup memuaskan, di usia mereka yang sudah 20 tahun, perbincangan mengenai seks yang sopan terjadi begitu saja. Bukannya larangan, tapi lebih kepada moralitas hubungan dengan sang pacar.

Bule bule kampung di Amerika, malah lebih ekstrim. Malam pertama kehilangan keperawanan diceritakan secara gamblang kepada orangtua. Hasilnya, kondom pun dimasukkan ke dalam tas bekal sekolah.  

Memang Pendidikan Seks dapat menjadi dua kutub yang berbeda. Tidak membicarakannya sama sekali, atau membahasnya secara terang-terangan.

Hasil Pendidikan seks tidak dapat menjadi tanggung jawab langsung terhadap moralitas syahwat seseorang.

Apakah para lelaki hidung belang, tidak mendapatkan Pendidikan Seks sejak dini? Atau sebaliknya, seberapa jauh Pendidikan seks bagi mereka yang hidup bermoral?

Menurut saya, Pendidikan Seks itu perlu dan sangat perlu. Namun ada baiknya jika Pendidikan Seks tidak diberikan label secara khusus.

Sulit membedakan pendidikan biologi mengenai fungsi reproduksi, dengan Pendidikan biologis mengenai hubungan intim.

Pendidikan seks adalah bagian dari pendidikan keluarga. Adalah tanggung jawab orangtua untuk menamkan moralitas yang baik bagi para kawula muda.

Selain itu, komunikasi juga sangat baik untuk mendukung keterbukan. Jangan berharap anak anak bisa mendapatkan Pendidikan Seks yang baik, jika orangtua tidak membuka peluang bersuara bagi mereka.

Akhir kata, masih ingat dengan gambar burung bangau terbang membawa sebuah kantung berisikan anak bayi? Menurut saya, itulah simbol tertua dari Pendidikan Seks.

Semuanya dilambangkan secara jelas disini. Burung memaknai alat kelamin pria. Kantung memaknai kandungan wanita. Wajah bayi yang tersenyum melambangkan kebahagiaan bagi keluarga.

Jadi ingat juga lirik lagu Jamal Mirdad di tahun 70an yang berjudul "Hati Selembut Salju."

"Burung bangau terbang ke kandang setahun sekali. Mencari cintanya lagiiii..."

Nah, 364 hari kemana saja? Mungkin sibuk mempraktekkan Pendidikan Seks yang berceceran kemana mana.

Sumber: Intisari Online
Sumber: Intisari Online
SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun