Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Konflik Kepentingan Kivlan Zen dalam Politik Mutakhir?

12 Juni 2019   13:02 Diperbarui: 12 Juni 2019   13:14 1579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peranan dalam semesta dan wacana politik, tentu tanpa kepentingan, mereka tidak akan berbuat apa-apa. Tetap orang yang membela peranan politiknya, ia tengah dihadapkan dengan konflik kepentingan politik itu.

Dari semua dinamika politik yang terjadi pra Pilpres atau pun pasca Pilpres, semua membidik pernanan termasuk sepak terjang yang dilakukan oleh Kivlan Zen. Dalam beberapa tahun terakhir ini, upaya lantang dalam menanggapi issue-issue politik terus dilakukan oleh Kivlan Zen.

Issue-isue bangkitnya PKI (Partai Komunis Indonesia) dengan lantang ia "Kivlan Zen" suarakan tetapi tanpa pernah ada bukti konkrit dari dirinya. Partai komunis masih menjadi partai yang dilarang keberadaannya oleh Negara, bukankah ketika ia  punya bukti kuat ia dapat membuktikannya pada Negara?

Penangkapan dirinya dan sejumlah tokoh dalam upaya dugaan makar terhadap Negara lewat demo 212 tahun 2016 memberi bukti, "betapa besarnya peran Kivlan Zen dalam semesta politik Indonesia saat ini". Namun menjadi pertanyaan yang menganjal semua orang, apa konflik kepentingan dari seorang Mayjen (purn) Kivlan Zen? Kivlan Zen bukan politikus yang sedang mencari citra untuk dipilih masyarakat.

Memang dalam politik demokrasi menyampaikan kritik dengan lantang ataupun lembut sekalipun "itu tidak pernah salah". Dalam hal ini jika warga Negara tidak puas dengan kinerja pemerintah, ia bebas berpendapat.

Tetapi disayangkan jika kritik tersebut harus melalui kekerasan bahkan menginginkan adanya korban manusia untuk: sebagai tumbal politik yang kini tengah marak menjadi perbincangan berbagai media pasca Pilpres 2019.

"Politik dan korban dari politik, sepertinya tidak dapat dilepaskan dari jalannya politik itu sendiri. Kejahatan akan Hak Asasi Manusia semua bersumber dari berbagai kepentingan politik itu terjadi di berbagai belahan dunia"

Membaca kepentingan Kivlan Zen
Seperti tiada habisnya dalam dinamika politik mutakhir Indonesia peran dari sosok "Kivlan Zen" di dalamnnya. Tentu peran itu tidak hanya peran yang dijalankan semata untuk kepentingan orang lain. Ada kepentingan dirinya sendiri dalam politik mutakhir ini. Saya kira Kivlan Zen membidik sesuatu yaitu: peranan politik yang besar di masa depan, lalu mengamankan namanya dari sesuatu yang di perbuatnya pada masa lalu.

Tidak bertemunya negosiasi dengan pemerintahan berkuasa saat ini ikut andil dalam setiap perjuangan-perjuangan yang dilakukan Kivlan Zen beberapa tahun terakhir. Entah mengapa dan menjadi pertanyaan; kenapa ia tidak mengikuti jejak purnawirawan TNI lainnya yang masuk dalam jajaran pemerintahan yang berkuasa kini?

Mungkin alasan ideologis dan peranan masa lalu yang frontal menjadi dasar tidak dapatnya bergabung dengan pemerintahan, yang saat ini banyak diisi oleh ex Mahasiswa pergerakan menentang Orde Baru seperti; Adian Napitulu, Budiman Sujatmiko, Nezar Patria dan lain sebagainya.

Maka tidak heran jika di ruang jalanannya ia "Kivlan Zen" menyerang mereka ex Mahasiswa pergerakan 1998 dengan berbagai issue miring sebagai kader Partai Komunis Indonesia yang saat ini menghuni Istana Presiden. Tentu untuk menarik orang-orang yang anti dan phobia terhadap komunisme di Indonesia. Bukankah kenyataannya komunisme dilarang negara dan kader-kadernya telah mati dibantai 1965 silam?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun