Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Bjorka, Cambridge Analytica, dan Pemilu 2024

17 September 2022   14:06 Diperbarui: 17 September 2022   20:20 1308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hacker Bjorka. | Sumber: diolah dari WallpaperAcces.com

Dengan bantuan program cerdas itu, CA mampu memetakan pemilih yang masih ragu menentukan pilihan (swing voters), kemudian mengeksploitasi otak mereka supaya bersedia memilih Donald Trump. Sederhananya, alat penggiring opini.

Mereka juga menyusun daftar pemilih yang bisa menjadi pendonor potensial untuk kampanyenya. Lewat metode itu Trump berhasil mengumpulkan modal sekitar $80 juta untuk dana kampanye.

Setelah mendapatkan seluruh data yang dibutuhkan, CA lantas memasang iklan yang telah disesuaikan dengan karakter targetnya. Dengan karakter target yang sangat spesifik hingga ke level individu, program ini acap disebut microtargeted online advertisements. 

Lewat big data milik Facebook, mereka sukses menargetkan para penggunanya dengan konten-konten kampanye yang sangat relevan dan efektif. Beberapa di antaranya merupakan iklan yang berisi bermacam ujaran kebencian dan hoaks yang dipasang di laman Facebook.

Metode ini sejatinya sudah lazim dipakai oleh Facebook dalam menargetkan iklan yang telah disesuaikan dengan minat dan keinginan para pemilik akun. Akan tetapi, berbeda halnya apabila data-data pribadi publik itu malah digunakan untuk tujuan yang tak semestinya. Terlebih, tanpa ada izin dari para pengguna.

Berkaca dari kasus Cambridge Analytica itu, data publik yang diobral oleh Bjorka sebetulnya menyimpan informasi yang cukup sebagai dasar untuk membangun program propaganda senada. Terlebih, jika data-data tersebut dikombinasikan dengan data-data lainnya, dan diproses dengan bantuan kecerdasan buatan (AI) atau machine learning.

Bjorka mengklaim telah membobol 1,3 miliar data pengguna SIM Card telepon seluler Indonesia, disusul peretasan 105 juta data pemilih yang bersumber dari Komisi Pemilihan Umum (KPU RI) yang ditawarkan di Breach Forum (breach.to).

Tangkapan layar Bjorka menjual juta data milik 105 juta warga Indonesia, Selasa (6/9/2022). | Breached Forums/ Bjorka via Kompas
Tangkapan layar Bjorka menjual juta data milik 105 juta warga Indonesia, Selasa (6/9/2022). | Breached Forums/ Bjorka via Kompas

Dalam iklannya, Bjorka mematok harga $5000 (Rp.75 juta) untuk 105 juta data pemilu berukuran 20 GB. Ia memberikan sampel sejumlah 1.048.576 pemilih dari berbagai provinsi dengan format excel berukuran 75 MB. Menurut verifikasi ahli keamanan siber, sampel data itu sudah terbukti valid.

Adapun pembeli akan memperoleh data-data mulai dari ID provinsi, ID kota, ID kecamatan, ID kelurahan, ID TPS, nomor KK, NIK, nama lengkap tempat tanggal lahir, usia, jenis kelamin, hingga alamat lengkap. Sangat komplit!

Dibandingkan informasi yang diperoleh melalui Facebook, data-data yang dijual Bjorka itu jauh lebih lengkap dan akurat, kendati tanpa disertai analisis psikologi individu seperti yang ditawarkan CA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun