Mereka atau aku yang harus di tebas mata pedang
Suara mortir dan meriam memecahkan gendang telinga
Kekasihku
Aku di garis depan pertempuran yang mengharukan
Bau anyir dan darah menyelinap di tanah-tanah yang kering
Kami di paksa saling menumpahkan darah sesama
Air mata dan darah menyeruak di udara
Nafas kami tinggal sejengkal dengan leher mata pedang
Kami tetap berjuang mempertahankan garis depan
Karena apabila garis depan sudah amblas
Maka kota-kota akan menjadi api yang membara
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!