Mohon tunggu...
Khoirul Taqwim
Khoirul Taqwim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Peneliti Tentang Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Wajah Tulang Punggung yang Tergantikan

24 Juli 2022   21:24 Diperbarui: 24 Juli 2022   21:48 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Terlihat di pagi yang masih berkabut
Seorang wanita yang mencari kayu bakar
Masih nampak semangat dalam bekerja
Mengais rezeki menuju cakrawala alam
Mencari kayu bakar di hutan belantara
Menggantikan suaminya yang telah meninggal
Suara wanita itu lirih
Terasa tak ada kata sambat
Apalagi lelah
Walaupun sambat dan lelah ada
Namun cukup di simpan dalam hati
Karena bekerja menggantikan tulang punggung merupakan sebuah kewajiban
Karena suaminya telah meninggal dunia terlebih dahulu
Maka mencari rezeki menggantikan tulang punggung
Sudah menjadi tabiat keadaan yang memaksa
Apalagi anak-anaknya masih terlihat kecil
Maka bekerja mencari kayu bakar di hutan belantara
Jalan menyambung nafas kehidupan

Wajah tulang punggung yang tergantikan
Menghidupi anak-anak yatim
Menjadi jalan ibadah tersendiri bagi seorang wanita yang di tinggal mati suaminya
Dia berjalan dari hutan ke hutan
Mencari kayu bakar
Menjadi pekerjaan setiap harinya
Walau terkadang harus berdarah di kaki dan tangan
Saat mengangkat beban berat hidup menjadi tulang punggung menggantikan suaminya yang telah tiada
Namun inilah kewajiban sebagai seorang istri menggantikan suami yang telah tiada
Bekerja keras dari subuh berangkat
Hingga pulang di waktu senja

Wajah tulang punggung yang tergantikan
Istri mencari nafkah
Menggantikan suami yang telah tiada
Mencari kayu bakar yang kadang menyeberangi sungai-sungai
Menembus hutan belantara
Semua demi tanggung jawab seorang Ibu yang menjadi ayah anak-anak sekaligus

Wajah tulang punggung yang tergantikan
Walau berat beban hidup
Namun wajah seorang tanpa suami merawat anak-anaknya
Tetap semangat dan kelak cita-citanya
dari seorang Ibu yang tidak hanya sekedar menghidupi anak-anaknya
Namun dia punya cita-cita mulia
Kelak anak-anaknya mampu kuliah tinggi
Sesuai dengan harapan ayah yang sudah tiada meninggalkan terlebih dahulu
Bisik hati lirih istri yang ditinggalkan suami yang sudah tiada
Menjadi tulang punggung anak-anaknya
Semua penuh dengan keikhlasan dan ketulusan jiwa atma

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun