Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Infobesia

Bertugas di Gabus, Pati, Jateng. Direktur sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. Redaktur Media Didaktik Indonesia [MDI]: bimbingan belajar, penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah bereputasi SINTA. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Kisah Berdirinya Candi Borobudur [II]

14 September 2025   06:57 Diperbarui: 14 September 2025   06:57 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi by kam/ai

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Bagian 2: Pewaris yang Terlupakan

Kabar yang diungkapkan Resi Bayumurti membuat Pancapana tertegun. Hatinya seperti disambar petir. Ia yang selama ini mengira hanya anak angkat resi, kini tahu dirinya adalah putra seorang raja besar yang gugur dikhianati.

"Jadi... aku pewaris tahta Mataram?" Pancapana berbisik, suaranya bergetar.

Resi Bayumurti mengangguk pelan. "Benar, anakku. Kau adalah darah daging Prabu Sanjaya. Saat Panangkaran merebut tahta, aku menyelamatkanmu. Kini sudah waktunya kau tahu siapa dirimu sebenarnya."

Pancapana mengepalkan tangan. Bayangan wajah ayahnya melintas dalam ingatan---sosok yang gagah, namun tumbang oleh pengkhianatan. Darah muda Pancapana mendidih. "Kalau begitu, aku akan kembali ke Mataram! Aku akan menuntut balas!"

"Pancapana!" seru Indrayana, khawatir melihat sorot matanya. "Kau tidak boleh gegabah. Jalan ke sana penuh bahaya."

Candradewi juga maju, suaranya lirih namun tegas. "Jangan tinggalkan kami. Jika kau harus menempuh jalan itu, biarkan kami ikut menemanimu."

Pancapana menatap kedua sahabatnya. Sesaat hatinya luluh, namun dendam yang membara membuatnya tak mungkin mundur. "Baiklah. Kalau kalian bersedia menanggung risikonya, ikutlah bersamaku."

Mereka bertiga pun memulai perjalanan menuju Hutan Randualas, jalan rahasia menuju pusat Mataram. Hutan itu terkenal angker, dijaga oleh dua naga raksasa: Sarpaluyung dan Sarpajati, makhluk purba yang menebar teror bagi siapa pun yang mencoba melintas.

Langkah kaki mereka terasa berat. Pepohonan menjulang bagaikan dinding hitam, suara-suara aneh menggema dari kegelapan. Tiba-tiba tanah bergetar, udara panas berhembus. Dari balik rerimbun muncul dua naga mengerikan, sisiknya berkilat bagai baja, matanya merah menyala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun