Sumatra bisa mencapai hal serupa dengan:
- Penegakan hukum yang tegas namun tidak memiskinkan masyarakat
- Koridor yang dirancang berdasarkan peta genetik dan perilaku harimau
- Sistem monitoring berbasis teknologi dan partisipasi masyarakat
Tlaga untuk Sang Gajah: Zona Penyangga yang Bijaksana
Malaysia membuktikan bahwa "koridor makanan" dengan tanaman yang tidak disukai gajah efektif mencegah konflik---sebuah aplikasi praktis dari prinsip "mbudidaya amrih palemahan kang grasak bisa dadi subur" (budidaya supaya tanah yang tandus bisa menjadi subur).
Di Sumatra, konsep ini dapat dikembangkan menjadi:
- Buffer zone dengan tanaman ekonomis yang tidak menarik gajah (kopi, cabai, jahe)
- Sistem peringatan dini berbasis teknologi untuk mencegah konflik
- Mekanisme kompensasi cepat yang tidak mempersulit petani
Tlaga untuk Orangutan: Restorasi Kanopi Kehidupan
Setiap pohon yang ditanam, setiap kanopi yang dirajut, adalah wujud "mbalik ing asal-usule maneh" (back to nature) ---mengembalikan rumah orangutan sekaligus menciptakan telaga kehidupan untuk seluruh ekosistem. Namun restorasi harus dibarengi dengan "wekel linambaran tawekal"---ketekunan yang diimbangi kepasrahan terhadap proses alami.
Program restorasi yang efektif memerlukan:
- Pemilihan jenis pohon berdasarkan preferensi pakan orangutan
- Patroli gabungan yang melibatkan masyarakat sekitar
- Pengawasan jangka panjang dengan teknologi camera trap dan GPS collar
Manunggaling Kawula Gusti: Harmoni yang Tercipta Bersama
1. Masyarakat sebagai Mitra Sejati
- Pengembangan ekowisata yang memberdayakan ekonomi lokal
- Pertanian ramah satwa dengan pendampingan teknis berkelanjutan
- Mekanisme kompensasi yang cepat dan transparan ketika konflik terjadi
- Pelibatan dalam patroli dan monitoring sebagai "mata dan telinga hutan"
2. Pendanaan dengan Semangat "Asah, Asih, Asuh"
- APBD/APBN yang konsisten untuk program jangka panjang
- CSR perusahaan yang bukan sekadar pencitraan
- Skema carbon credit dan payment for ecosystem services
- Ekonomi kreatif berbasis konservasi (kerajinan, kuliner khas)