Mohon tunggu...
Gunawan Wibisono
Gunawan Wibisono Mohon Tunggu... Administrasi - Palembang, Sumatera Selatan

puisi adakalanya menggantikan rembulan diwaktu malam dan hadir menemanimu di siang hari tatkala hatimu gundah maka aku adalah puisi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku, Secangkir Kopi, dan HP

19 Juni 2018   08:47 Diperbarui: 19 Juni 2018   09:09 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

(1)

Dulu sekali, ketika sapa pagi menjemputku

Ketika mula kali geliat sekujur tubuh ini menyibak selimut lelap

Setelah ucap alhamdulillah, hanya kopi nan membayang

Secangkir kopi hangat dengan aroma mistisnya yang erat memagut

(2)  

Namun segalanya tlah berubah begitu cepat ..

Secangkir kopi hangat yang tersaji, kini menggigilkan nafas sendirian

 Kopi bukan lagi primadona pagiku yang menjemput

 Dia bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, dia hanya pelengkap

(3)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun