Mohon tunggu...
Kazena Krista
Kazena Krista Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografer

Best in Opinion Nominee Kompasiana Award 2021

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Konsisten Menulis di antara Jebakan Rutinitas, Memang Demi Apa?

29 Januari 2023   00:00 Diperbarui: 29 Januari 2023   18:16 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kegiatan menulis (Sumber: Pexel | Foto oleh Julia M Cameron) 

Semua berpulang pada TUJUAN awal (baca: Alfa; mula-mula) di mana seseorang itu memantapkan hati untuk menulis. 

Banyak alasan kuat yang melatarbelakangi mengapa seseorang ingin menulis di antara jebakan rutinitas sehari-hari. 

#Berawal hobi akhirnya cinta mati

Saya berani bertaruh, tak satu pun dari mereka yang memiliki minat terhadap menulis tidak suka membaca.

Karena penulis yang baik adalah pembaca yang tekun. 

Dari yang hobi membaca mulailah timbul kritik dalam hatinya semacam "ah, ngga benar nih artikel" atau "ah, segini doang?" atau "kayaknya kalau aku yang nulis bisa lebih baik deh dibandingkan penulis ini". 

Ilustrasi menulis bisa membuat seseorang menyukai apa yang membuatnya tertarik. (Sumber Pexel | Foto oleh Visual Mag Tx) 
Ilustrasi menulis bisa membuat seseorang menyukai apa yang membuatnya tertarik. (Sumber Pexel | Foto oleh Visual Mag Tx) 

Maka, kalau kritik itu diteruskan menjadi tindakan nyata, mungkin boleh jadi menulis pun akan jadi hobi karena ada rasa lega tersendiri ketika satu tulisan selesai dibuat—meskipun ia sendiri pada akhirnya merasa selalu ada yang kurang dengan hasil akhir tulisan tersebut. Setidaknya, itu yang selalu saya rasakan.

Bukan tidak mungkin hobi yang digeluti hari demi hari itu akan menjadi kebutuhan batin tersendiri. Terasa kurang jika tidak melakukannya (baca: menulis) walau hanya tiga atau empat paragraf pendek dalam sehari; terlepas apapun media tulisnya. 

#Jubah lain profesi

Menulis juga menjadi cara seseorang berbicara banyak mengenai spesifikasi keahlian yang ia bisa; menulis adalah jubah lain profesi. 

Dokter, psikolog, pengacara, banker, seniman, dan profesi lainnya dapat menuangkan buah pikiran dari apa yang pernah mereka hadapi menyoal kegiatan mereka sehari-hari (baca: pengalaman) yang boleh jadi tidak semua orang tahu. Saya salah satunya yang profesi sebagai seorang fotografer menjadikan menulis sebagai wadah bertutur dan bercerita. 

Baca juga: Male Gaze dalam Sastra "Mata" Seorang Fotografer Kecantikan

Terkadang, alasan berangkatnya sederhana: mereka memiliki waktu yang terbatas dalam membangun komunikasi verbal secara langsung dengan teman atau kerabat setiap hari; siapa yang mau mendengar sesuatu yang itu-itu saja?

Tapi, dengan menulis, kesempatan itu diberikan sebebas-bebasnya.

Dengan menulis, para ahli ini ingin berbagi manfaat lebih, bahkan tak sedikit para ahli ini menulis sesuatu diluar dari bidang keahlian yang digeluti—sesuatu yang ia sukai seperti cerita pendek, novel, atau puisi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun