Mohon tunggu...
Kastaraly
Kastaraly Mohon Tunggu... Penulis

Ibu rumah tangga. Pembelajar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kemelut Wanita di Padang Jahiliyah

8 September 2025   20:07 Diperbarui: 13 September 2025   22:11 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pada akhirnya, pendosa itu selalu wanita. Karena gemulainya yang anggun, ia tak diperbolehkan untuk menyela. Namun karena marwahnya sebagai pendamping yang berbakti, ia dituntut serba bisa.
Orang tidak bertanya kenapa ia berteriak, hanya mencela mengapa ia harus memberontak? Orang tidak bertanya kenapa ia kesepian? Hanya mencaci mengapa harus menyerahkan kesucian!
Ia tak punya kuasa, namun harus menata semuanya. Ia dianggap mahluk lemah yang tak berdaya, namun harus kuat menahan segalanya.
Jika berkeluh atas hal yang menimpanya, ia dianggap tidak kompeten. Jika bertanya soal yang menyulitkannya, ia dianggap tidak sabaran. Jika ia kalah menjaga kehormatannya, ia dianggap tidak pandai menjaga diri. Jika ia menang mempertahankan harga dirinya, ia dianggap penuh keangkuhan.
Ia dianggap egois dan keras kepala. Namun tidak dibelai dan dimanja.
Pada akhirnya wanita hanya serpihan tulang rusuk seseorang. Ia bengkok dan sendirian,--jika tanpa arahan dan pendampingan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun