Aku ingin setara bukan untuk menjadi lebih tinggi dibanding para lelaki. Aku ingin setara untuk dihargai sebagai sesama manusia. Aku tidak ingin menjadi lebih pintar untuk merendahkan siapapun. Aku ingin memiliki pengetahuan untuk kebutuhan diriku sendiri. Aku ingin layak, dan memantapkan diri sebagai seorang pendamping. Karena jika bagimu wanita hanyalah peran pendukung, maka perlu handal untuk mendukung dengan baik.
Seorang Ibu juga perlu cerdas. Seorang Ibu perlu bijak dalam menyelesaikan masalah. Sekali lagi sebagai pendidik pertama, sebagai penanggung jawab utama--bagi anak-anaknya, bagi keluarganya.
Kesetaraan gender perlu diperjuangkan dengan cerdas dan baik. Tanpa melupakan marwah wanita sebagai sosok yang perlu anggun dan bijaksana. Baik dalam hal pendidikan, pekerjaan, sosial, maupun yang lainnya. Bukan untuk menonjolkan salah satu ataupun merendahkan yang lainnya. Namun untuk mengisi peran satu sama lain sebagaimana mestinya. Bukankah akan lebih mudah mencapai tujuan jika bekerja sama?
Namun, masa itu sudah lewat. Meski tidak sesuai harapan, peranku tetap tidak berubah. Kini aku seorang Ibu. Tugasku adalah memastikan bahwa aspirasi pendidikan bermutu untuk semua–sama rata tanpa adanya perbedaan. Penanaman nilai moral, etika, adab, hingga tanggung jawab domestik itu perlu diajarkan sejak dini–dengan setara, kepada putra dan putriku. Karena pendidikan berkualitas, bukan soal pergi ke sekolah saja. Namun memastikan anak-anak tumbuh menjadi pribadi dengan nalar yang kritis serta hati yang memiliki empati dan simpati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI