Mohon tunggu...
Kasri Podding
Kasri Podding Mohon Tunggu... Animal Science Engineer. Departement of Nutrition and Animal Feed. Hasanuddin University. Single Attaracted to🧕

#Idola Muhammad SAW. #Natural FEED #POULTRY NUTRITIONS Bersandarlah kepada kedua kalimat syahadat maka kamu akan menemukan jati dirimu dan Tuhanmu "BISMILLAH".

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Berdamai dengan Diri Sendiri

3 Mei 2025   07:48 Diperbarui: 3 Mei 2025   17:18 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Perkembangan zaman mendorong manusia sebagai mahluk sosial dalam beradaptasi dengan teknologi sekarang ini. Pesatnya perkembangan teknologi sangat berkorelasi positif dengan penggunaan sosial media sebagai wadah komunikasi masa kini, tentu adanya dukungan terjadinya wabah COVID-19 memungkinkan proses transformasi begitu cepat dari komunikasi face to face menjadi komunikasi maya. Awal tahun 2022 menurut laporan Smart Insights dari Inggris terjadi peningkatan penggunaan sosial media yang sangat drastis dimana tercatat 4,6 miliar orang di dunia menggunakan sosial media atau sekitar 58,4% dari penduduk dunia dan terjadi lonjatan penggunaan sosial media dalam kurung waktu 12 bulan sekitar 424 juta orang. Smart Insights dari Inggris melanjutkan bahwa rata-rata penggunaan sosial media dapat menghabiskan waktu sekitar 2,5 jam setiap harinya dan mungkin akan terjadi peningkatan. Menurut data yang dikumpulkan oleh perusahaan Jerman yang bergerak dalam bidang statistik data konsumen dan pemasaran yaitu STATISTA bahwa Indonesia tercatat sebagai pengguna media sosial urutan ke-4 terbesar setelah China, India dan Amerika pada tahun 2021 serta akan terjadi peningkatan setiap tahunnya. Lebih dari 193 juta warga Indonesia menggunakan berbagai platform media sosial untuk berkomunikasi seperti Tiktok, Instagram, whatsapp, YouTube, Facebook, dan Twitter/X.

Pengunaan teknologi di era sekarang ini merupakan suatu kebutuhan primer yang harus selalu terpenuhi karena hampir dari setangah hidup kita dalam setiap harinya berdampingan dengan teknologi berupa gedget bahkan ketika tidur sampai bangun masih berinteraksi dengan gedget. Manfaat penggunaan teknologi sangat luar biasa yang memberikan suasan fantasi baru dalam menelusuri ruang-ruang kehampaan menuju ruang kemewahan serta bisa merasakan nikmatnya dunia tanpa perlu menginjakan kaki ke negara luar, memberikan ruang berekspresi, dan menyambungkan jarak di luar nalar bisa terasa dekat.

Berbagai manfaat dari teknologi tersebut tenyata memiliki sifat pedang bermata dua yang mengambarkan dirinya memiliki dua sisi berlawanan dan mengandung paradoksal, dilain sisi memberikan kemudahan akses, berekspresi, berkomunikasi, dan kemudahan menelusuri ilmu pengetahuan, tetapi dilain sisi memberikan dampak negatif seperti menyebabkan kecanduan, penyebaran hoaks, pelanggaran privasi, bahkan baru-baru ini menyebabkan terjadinya gangguan mental healt. World Health Organization melaporkan bahwa 10-15% di seluru dunia, anak-anak mengalami gangguan kesehatan mental seperti cacat perkembangan, depresi, kecemasan dan gangguan perilaku. Sedangkan 5% dari 10-15% disebabkan karena penggunaan gadget berlebihan. WHO melanjutkan bahwa penggunaan gadget yang berlebihan, terutama pada anak-anak dapat menyebabkan gangguan perkembangan kognitif, emosional, dan sosial, meningkatkan risiko gangguan mental, tidur dan  menurunkan kualitas interaksi sosial, sedangkan generasi Milineal dan Z diakibatkan kurang penerimaan diri, kurangnya sifat tenggang rasa, afirmasi diri, sulit menerima kenyataan orang lain serta keberhasilan orang lain, dan pengelolaan managemen emosianal spritual diri yang tidak terstrukrur. Data yang pernah di rilis oleh Tempo.com berdasarkan riset State of Mobile 2023 yang menunjukkan negara-negara dengan durasi screen time paling tinggi. Ternyata, Indonesia merajai dengan menghabiskan waktu 5,7 jam/hari di depan layar ponsel, selanjutnya posisi kedua Brasil dan Arab Saudi dengan durasi screen time 5,3 jam. Sangat mengejutkan dengan adanya data tersebut, seolah-olah data tersebut mengambarkan bahwa kita lebih sering beriteraksi maya dibandingkan sosial yang tentunya berimplikasi terhadap kesehatan mental.

Kesehatan mental merupakan suatu keadaan di mana seseorang memiliki kesadaran akan kemampuannya, mampu mengatasi berbagai tantangan kehidupan sehari-hari secara efektif, bekerja secara produktif, dan memberikan kontribusi bermakna dalam kehidupan orang lain. Zaman modern ini muncul perdebatan mengenai dampak media sosial terhadap kesehatan mental, yang memunculkan tantangan sekaligus peluang dalam menemukan sintesis dan keselarasan antara penggunaan teknologi dan kesejahteraan psikologis. Media sosial tetap memiliki manfaat dalam hal konektivitas dan ekspresi diri tetapi penggunaan yang tidak terkontrol dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental. Fenomena tersebut mengaharuskan kita menggunakan media sosial secara proporsional dan terkontrol, agar tidak mengganggu fungsi psikologis maupun sosial individu.

Teori perilaku terlantar (neglect behavior) merupakan pendekatan yang dapat menjelaskan media sosial bisa mempengaruhi kesehatan mental secara negatif. Teori ini menyatakan bahwa manusia memiliki kapasitas pengendalian diri yang terbatas. Ketika seseorang menghadapi situasi yang menekan atau menantang, mereka cenderung mencari pelarian instan yang memberikan kepuasan sesaat, meskipun hal itu bertentangan dengan tujuan jangka panjang mereka contohnya, healing ke pantai, naik gunung, dan main play gorund anak-anak. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh psikolog sosial Roy Baumeister pada tahun 1990-an dalam bukunya berjudul "Ego Depletion: Is the Active Self a Limited Resource?". Ia berpendapat bahwa pengendalian diri adalah sumber daya yang terbatas dan dapat terkuras seiring waktu. Ketika cadangan pengendalian diri melemah, individu lebih rentan terhadap tindakan impulsif dan perilaku merusak diri sendiri. Kondisi ini menciptakan sebuah siklus yang merugikan, di mana upaya pelarian dari stres melalui perilaku impulsif justru memperparah tekanan psikologis. Akibatnya, alih-alih menyelesaikan masalah individu justru menambah beban stres dan memperburuk kesehatan mental mereka.

Perlu kita melakukan refreleksi diri dan merekontruksi ulang visi misi kita dalam menjalani kehidupan ini. Tuhan selalu mengingatkan kita dalam kita sucinya di Surat Ar-Ra'd ayat 11 bahwa Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Perlu disadari bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita diakibatkan karena kelalaian kita sendiri yang terlalu terobsesi dengan nikmatnya dunia yang fana ini dan sulit menerima kenyataan sesunggunya. Kita perlu menyadari dan berfikir logis dalam mengembalikan fitrah kita sebagai manusia luhur dan bijaksana. Tuhan selalu berfirman "Allah tidak akan membebani seseorang dengan beban yang melebihi batas kemampuannya" (Surat Al-Baqarah ayat 286).

Malang, 03 Mei 2025

Ir. Kasri., S.Pt., M.Pt., IPP.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun