Mohon tunggu...
Karunia Nurma
Karunia Nurma Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Nyala Obor

31 Agustus 2017   19:13 Diperbarui: 1 September 2017   08:50 1792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Batu ini suci, aku sering melihat Ibuku berdoa dan mandi di sini setiap kali bersedih, aku pun demikian," cerita anak laki-laki itu, yang sepertinya seumuran dengan Dian atau lebih tua beberapa angka saja.

"Kenapa berdoa pada batu, berdoa kan bolehnya dengan Allah, Tuhan semesta alam," cetus Dian yang menganggap anak itu berdoa pada Batu. Tiba-tiba dari balik daun-daun,Nini datang mencuci Daun So (Daun Melinjo muda).

"Dian, kita hidup ini berdampingan dengan berbagai orang, kita beragam suku, agama, dan ras," tuturnya.

"Siapa namamu Nak?" Tanya Nini pada anak laki-laki itu.

"Nama saya Damar Ni," jawabnya santun.

"Oh, maafkan cucu Nini ya, namanya Dian. Dian ayo bersalaman."

 "Dian," Dian mengulurkan tangannya yang disambut hangat dengan senyum oleh Damar.

"Kamu pasti anak dari Desa Tunggang di balik alas ini ya?" lanjut Nini sambil terus mencuci daun So.

"Iya Ni, saya sering ke sini dengan Ibu untuk berdoa agar lebih tenang," ceritanya.

"Mana ibumu,Nak?" Tanya Nini lagi. Sementara Dian meraih daun-daun So dan ikut mencucinya.

"Ibu sedang sakit Ni, jadi saya ke sini sendirian, saya ingin berdoa pada Dewa di sini untuk kesembuhan Ibu, saya juga mencari daun Jarak, di alas saya, ini," sambil menunjukkan daun jarak petikkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun