Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Naik Gaji, Sejatinya Naik Harapan, Jangan Naik Beban!

19 September 2025   16:36 Diperbarui: 19 September 2025   16:36 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo naikkan gaji guru, tenaga kesehatan, TNI-Polri hingga pejabat negara dalam RKP 2025. Simak rincian kebijakan terbarunya. /Antara Foto/Galih P.

Lebih jauh, aspek keadilan sosial menuntut pemerintah memastikan bahwa kenaikan gaji ini sejalan dengan peningkatan kualitas pelayanan publik. Gaji guru boleh naik, tetapi apakah mutu pendidikan juga meningkat? Tenaga kesehatan boleh lebih sejahtera, tetapi apakah pelayanan di rumah sakit kian merata dan ramah rakyat? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi tolok ukur apakah kenaikan gaji benar-benar bermakna atau hanya simbolis.

Di titik inilah rakyat menilai: apakah pemerintah lebih condong pada memperbaiki nasib kelompok yang lemah, atau menjaga harmoni dengan elite birokrasi? Kebijakan fiskal tidak berdiri di ruang hampa; ia selalu dibaca dengan kacamata keadilan sosial. Maka, keberhasilan kebijakan ini akan sangat ditentukan oleh persepsi rakyat kecil yang paling merasakan dampaknya, langsung maupun tidak langsung.

Perpres 79 Tahun 2025 tentang Kenaikan Gaji Keluar, Gaji PNS 2025 untuk Guru, Dosen, TNI Polri Naik! (Dok. Serambinews.com)
Perpres 79 Tahun 2025 tentang Kenaikan Gaji Keluar, Gaji PNS 2025 untuk Guru, Dosen, TNI Polri Naik! (Dok. Serambinews.com)

Dimensi Politik: Legitimasi, Kepercayaan Publik, dan Demokrasi

Kenaikan gaji aparatur negara juga punya dimensi politik yang tak bisa diabaikan. Dalam politik, kesejahteraan aparatur sering kali dijadikan alat untuk merawat loyalitas birokrasi dan aparat keamanan. Dengan langkah ini, Prabowo seakan mengirim pesan bahwa pemerintahannya siap membangun basis dukungan yang solid dari birokrasi sipil maupun militer. Namun, legitimasi politik sejati lahir bukan hanya dari dukungan aparatur, melainkan juga dari kepercayaan rakyat.

Kepercayaan publik terbangun ketika rakyat melihat bahwa kenaikan gaji tersebut tidak mengorbankan alokasi anggaran untuk kebutuhan esensial. Misalnya, jangan sampai ada kesan bahwa anggaran pendidikan dan kesehatan rakyat dipangkas demi menambah gaji pejabat negara. Di era keterbukaan informasi, setiap kebijakan fiskal cepat dibaca sebagai cerminan prioritas politik. Transparansi menjadi kunci agar rakyat merasa dilibatkan, bukan ditinggalkan.

Dalam konteks demokrasi, kebijakan ini juga menuntut kontrol politik yang memadai. Parlemen, akademisi, dan media punya tanggung jawab moral untuk mengawasi implementasi agar tidak berubah menjadi instrumen patronase. Demokrasi tidak sehat bila kebijakan ekonomi hanya menjadi alat memperkuat kekuasaan. Sebaliknya, demokrasi matang justru tercermin dari keberanian mengutamakan kepentingan rakyat kecil ketimbang kelompok elite.

Tantangan terbesar bagi Prabowo adalah menjaga keseimbangan antara kebutuhan politik dan moral kebangsaan. Jika rakyat percaya bahwa kenaikan gaji ini tulus demi pelayanan publik, legitimasi politiknya akan menguat. Namun, bila terbaca sebagai strategi pragmatis untuk mengikat loyalitas elite, kebijakan ini bisa menjadi bumerang yang menggerogoti kepercayaan publik. Demokrasi Indonesia masih muda; setiap kebijakan besar akan selalu dibaca dalam lensa politik keadilan.

Refleksi Kebangsaan: Dari Gaji ke Etos Kerja

Pada akhirnya, kenaikan gaji harus dipandang sebagai instrumen untuk mendorong perubahan perilaku dan peningkatan etos kerja. Gaji yang lebih layak seharusnya membuat guru lebih bersemangat mendidik, tenaga kesehatan lebih sabar melayani pasien, dan aparat lebih tegas menjaga keamanan. Tanpa transformasi moral, kenaikan gaji hanya akan menambah beban negara tanpa memberi nilai tambah bagi rakyat.

Refleksi kebangsaan menuntut kita melihat gaji bukan sekadar angka, melainkan amanah. Pejabat negara yang menerima kenaikan gaji dituntut meningkatkan integritas dan mengurangi praktik korupsi. Guru dan tenaga kesehatan yang lebih sejahtera diharapkan menyalurkan kelegaan itu dalam bentuk dedikasi dan kualitas pelayanan yang lebih tinggi. Inilah hakikat kesejahteraan yang bermartabat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun