Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

'Antara Wilis dan Gunung Kelud', Potret Kemanusiaan di Tengah Revolusi

21 September 2025   18:49 Diperbarui: 21 September 2025   18:49 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
“Dalam perang, musuh bisa saja sahabat, dan sahabat bisa berubah menjadi musuh—semua bergantung pada kepercayaan.” (Dok. Goodreads)

Namun, kelemahannya terletak pada alur yang kadang terlalu cepat, membuat pembaca kehilangan momen untuk memahami konflik batin tokoh lebih dalam. Beberapa bagian terasa lebih dokumenter daripada dramatik.

Dari segi ekstrinsik, karya ini sangat bernilai karena mengangkat sisi lain revolusi. Meski demikian, generasi pembaca muda bisa jadi merasa asing dengan konteks sejarah yang kurang dijembatani dengan penjelasan.

Penutup

Karya Toha Mohtar dalam Antara Wilis dan Gunung Kelud adalah sebuah pengingat bahwa perang bukan hanya tentang senjata, melainkan juga tentang manusia. Kisah-kisah kecil di dalamnya membuka ruang bagi refleksi tentang kecurigaan, kepercayaan, dan kemanusiaan.

Relevansi karya ini terasa nyata di masa kini, ketika bangsa masih terus belajar untuk menumbuhkan rasa percaya, bahkan kepada mereka yang berbeda latar dan identitas. Sastra menghadirkan kemungkinan lain untuk memahami sejarah dengan cara yang lebih manusiawi.

Sebagaimana dikatakan Albert Camus, “Dalam kedalaman musim dingin, akhirnya aku belajar bahwa dalam diriku ada musim panas yang tak terkalahkan.” Kutipan ini sejalan dengan semangat karya Toha Mohtar—bahwa di tengah kekerasan revolusi, selalu ada secercah kemanusiaan yang tak bisa dipadamkan.

Daftar Pustaka

Damono, Sapardi Djoko. 1978. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Mohtar, Toha. 1989. Antara Wilis dan Gunung Kelud. Jakarta: Djambatan.

Rosidi, Ajip. 1986. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: Binacipta.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun