Namun AFP juga mengingatkan bahwa kebijakan kontroversial pemerintah turut memperparah amarah. Pemangkasan anggaran publik demi program-program elitis dipandang memperlebar jurang ketidakadilan. Kritik ini mempertegas bahwa demokrasi yang rapuh bisa runtuh bukan oleh musuh luar, melainkan oleh kelalaian dalam negeri.
Refleksinya, peristiwa ini harus dipandang sebagai luka demokrasi yang tak boleh diabaikan. Setiap tragedi rakyat kecil adalah ujian sejati bagi negara besar. Jika negara gagal menjawab, luka itu akan diwariskan ke generasi berikutnya.
5. Media Asing dan Kritik atas Kepemimpinan
Sorotan media asing bukan sekadar liputan, tetapi juga penilaian atas cara bangsa ini dipimpin. Dunia menyoroti bagaimana pemerintah mengelola duka, amarah publik, dan keadilan sosial. Dari Reuters hingga AFP, pesan yang muncul seragam: ini bukan insiden tunggal, melainkan refleksi kualitas kepemimpinan nasional.
Kritik paling tajam diarahkan pada ketidakpekaan elite. Tunjangan DPR yang berlipat ganda dibanding UMP dijadikan simbol ketimpangan struktural. Simbol itu bertabrakan dengan tragedi rakyat kecil, dan hasilnya adalah gelombang kemarahan kolektif yang sulit dibendung.
Refleksinya, kepemimpinan diuji bukan hanya dengan retorika, melainkan dengan keberanian menghadirkan empati dan keadilan. Kritik dari luar jangan dilihat sebagai ancaman, melainkan alarm yang membantu kita menyadari titik lemah. Dan justru dari titik inilah kita perlu melihat lebih jauh: bagaimana kritik itu berkelindan dengan dampak nyata yang dirasakan rakyat, negara, hingga dunia.
6. Dampak Nyata bagi Rakyat, Negara, dan Dunia
Dampak pertama yang paling terasa adalah pada kehidupan rakyat kecil. Ketidakstabilan politik dan keamanan membuat aktivitas ekonomi terganggu, mulai dari turunnya pendapatan pekerja harian, macetnya transportasi, hingga melonjaknya harga kebutuhan pokok. Kematian Affan meninggalkan trauma kolektif bagi komunitas ojek online, yang kini merasa semakin rentan di tengah lemahnya perlindungan hukum.
Bagi negara, gejolak ini menimbulkan tekanan serius terhadap legitimasi pemerintahan. Presiden Prabowo bukan hanya diuji soal kecepatan respons, tetapi juga soal kapasitas menghadirkan solusi jangka panjang. Melemahnya rupiah dan indeks saham hanyalah gejala permukaan dari masalah lebih dalam: menurunnya kepercayaan publik dan pasar terhadap arah kebijakan nasional.
Di level internasional, Indonesia kini berada dalam sorotan tajam. Liputan global membentuk opini dunia tentang stabilitas politik kita. Jika krisis ini gagal ditangani dengan adil dan transparan, Indonesia berisiko dipersepsikan sebagai negara yang rapuh dalam menyeimbangkan demokrasi dan kemanusiaan—sebuah citra yang lama memudar.
Penutup