Refleksinya jelas: keadilan bukan hanya urusan hukum, tetapi juga fondasi ekonomi. Jika pemerintah gagal memulihkan empati publik, pasar keuangan akan tetap rapuh. Bangsa ini membutuhkan lebih dari sekadar instruksi penyelidikan—ia butuh pengakuan atas kesalahan dan perbaikan sistemik.
2. BBC: Pemakaman yang Menjadi Simbol Perlawanan
BBC melaporkan bahwa pemakaman Affan bukan sekadar upacara duka, melainkan momentum solidaritas nasional. Ribuan rekan ojol dan tokoh publik menghadiri prosesi itu, menjadikannya simbol perlawanan terhadap ketidakadilan. Tujuh anggota Brimob pun ditahan, menandakan adanya pelanggaran etik serius.
BBC menyoroti ironi: rakyat berduka, namun negara sibuk membela privilese seperti tunjangan DPR yang mencapai Rp 50 juta per bulan. Kontras ini menyalakan amarah yang meluas, dari Jakarta hingga Surabaya. Pesan tersiratnya: pemimpin kehilangan kepekaan terhadap jeritan rakyat kecil.
Refleksinya, pemakaman Affan adalah “panggung moral” di mana rakyat dan tokoh publik menyatu dalam satu suara. Ketika negara gagal menghadirkan rasa keadilan, rakyat akan menciptakan simbolnya sendiri. Simbol itu, dalam kasus ini, adalah seorang anak muda ojol yang wafat di jalan.
3. Al Jazeera: Ekonomi dan Politik yang Mengunci Rakyat
Al Jazeera menegaskan bahwa kerusuhan adalah puncak kekecewaan rakyat terhadap situasi ekonomi dan politik. Sorotan utamanya adalah tunjangan rumah DPR yang mencapai puluhan juta rupiah per bulan, kontras dengan upah minimum di daerah miskin. Perbandingan itu menyayat hati: jurang antara rakyat dan elite semakin melebar.
Laporan ini juga menekankan betapa cepatnya video kematian Affan viral dan memicu kemarahan publik. Di era digital, tragedi tak bisa ditutup rapat, ia segera menjadi konsumsi kolektif. Publik menolak lupa dan menolak diam.
Refleksi pentingnya adalah betapa mahalnya harga keadilan yang diabaikan. Jika pemerintah hanya berfokus pada stabilitas politik, tanpa memperhatikan kesejahteraan rakyat, maka kepercayaan akan terus merosot. Ekonomi dan politik hanya akan menjadi jerat bagi mereka yang paling lemah.
4. AFP: Luka Demokrasi di Awal Pemerintahan
AFP menulis, tragedi Affan memicu protes terbesar sejak Presiden Prabowo dilantik pada Oktober 2024. Ribuan massa mengepung markas Brimob, membakar ban, dan menuntut keadilan nyata. Tuntutan mereka sederhana: pelaku dihukum seadil-adilnya, bukan sekadar dinyatakan melanggar etik.