Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Ketika Roh Tak Lagi Diam: Menelusuri Jejak Moral di Alam Abadi

23 Juli 2025   22:12 Diperbarui: 23 Juli 2025   22:12 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Kematian hanyalah gerbang. Di seberangnya, bukan akhir—melainkan cermin dari seluruh hidup kita." (Dok. Goodreads)

Keunggulan dan Kelemahan: Antara Kekuatan Narasi dan Beban Filsafat

Secara intrinsik, kekuatan utama novel ini terletak pada gaya naratif yang lugas namun penuh kedalaman. Penokohan Salim sangat hidup dan reflektif; konfliknya jelas, berlapis, dan progresif. Latar dunia akhirat digambarkan dengan kuat, tak hanya sebagai tempat, tapi juga suasana batin dan nilai spiritual. Alur ceritanya linier tetapi mengandung kilas balik emosional yang menyentuh. Dialog-dialognya, terutama dengan tokoh-tokoh spiritual, menciptakan ruang kontemplasi tanpa harus didaktik.

Ekstrinsiknya, novel ini merupakan tonggak penting dalam genre sastra keagamaan Indonesia. Sebagai penulis Muslim, Djamil tidak hanya mengajarkan agama, tapi menghidupkan pengalaman iman dalam bentuk karya sastra. Pengaruh pemikiran Iqbal dan filsafat Islam modern terasa dalam diskusi antara Birman dan jaksa. Kritik terhadap modernitas, penggambaran akhirat yang humanistik, serta nilai-nilai sufistik menjadikan karya ini tidak hanya indah, tapi juga kaya secara intelektual.

Namun demikian, beban filsafat dan simbolisme yang berat bisa menjadi tantangan. Tidak semua pembaca dapat mencerna diskusi antara moral, estetika, dan teologi yang disuguhkan Djamil. Tempo alur yang lambat, terutama di bagian awal akhirat, bisa membuat beberapa pembaca kehilangan fokus. Sebagian percakapan metaforis juga menuntut pembaca yang terbiasa dengan dunia tasawuf dan filsafat Islam.

Penutup: Menuju Akhir yang Tak Pernah Usai

Novel Perjalanan ke Akhirat adalah mahakarya yang menuntun pembaca bukan sekadar mengenal akhirat, tetapi memahami hidup. Djamil Suherman telah membuka tabir kematian tidak sebagai horor, melainkan sebagai ruang penilaian—tempat keadilan bertemu kasih, tempat cinta menebus dosa, dan tempat manusia menyadari bahwa setiap langkah di dunia, seberapapun kecil, akan bersuara di kehidupan abadi.

Seperti kata Djamil melalui sosok Salim, “Manusia tak akan pernah tahu arti hidup, sebelum ia berdiri di hadapan penghakiman yang tak bisa dibohongi.”

Daftar Pustaka

Suherman, Djamil. 1963. Perjalanan ke Achirat. Bukittinggi: NV Nusantara.

Rosidi, Ajip. 1969. Ikhtisar Sedjarah Sastra Indonesia. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.

Mahayana, Maman S., dkk. 1992. Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern. Jakarta: Grasindo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun