Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Book

"Kami Hanya Ingin Didengar, Meski Lewat Dinding Toilet!"

14 April 2025   03:27 Diperbarui: 14 April 2025   03:27 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hiruk-pikuk kehidupan modern, relasi antar-manusia makin terasa artifisial. Cerpen ini menggugah pembaca untuk merenungkan: di tengah gemuruh digital dan individualisme, adakah ruang tersisa untuk pertemuan yang benar-benar tulus?

5. Rayuan Dusta untuk Marietje

Cerpen ini membawa kita ke masa kolonial, di mana seorang pribumi berusaha memikat perempuan Belanda bernama Marietje dengan menyamar sebagai pria Eropa. Ia menutupi identitas, mengganti nama, bahkan meniru gaya bicara kaum penjajah.

Kebohongan demi kebohongan tumbuh seperti bangunan rapuh yang siap runtuh kapan saja. Ketika kebenaran terungkap, bukan hanya hati yang patah, tapi juga harga diri yang tergerus. Kekuasaan kolonial tak hanya menjajah tanah, tapi juga cara pandang dan mimpi.

Cerpen ini menyentil ironi sejarah: bagaimana identitas dijadikan alat tawar dalam relasi kuasa. Dalam banyak hal, warisan penjajahan masih membentuk cara kita memandang diri sendiri---kadang terlalu minder, kadang terlalu ingin menjadi "yang lain".

6. Hikayat Si Orang Gila

Dalam cerpen ini, seorang tokoh yang disebut "gila" berjalan di tengah masyarakat sambil menyuarakan kritik sosial dengan cara nyentrik. Ia berbicara soal Tuhan, politik, dan cinta dalam narasi yang terdengar kacau namun sesungguhnya mengandung makna tajam.

Reaksi masyarakat mencerminkan ketakutan terhadap suara yang tidak konvensional. Sang "gila" menjadi cermin, memantulkan absurditas masyarakat yang konon waras tapi penuh kepalsuan. Ia justru menjadi satu-satunya yang jujur dalam dunia yang korup.

Cerita ini mengajak kita merefleksikan ulang makna "kewarasan". Apakah kegilaan itu deviasi, atau justru jalan lain menuju kebenaran? Di tengah informasi yang bising dan propaganda yang halus, suara si "gila" mungkin adalah satu-satunya yang tidak dibayar.

7. Si Cantik yang Tak Boleh Keluar Malam

Seorang gadis cantik dipenjara dalam rumahnya sendiri oleh sang ayah, dengan alasan melindungi. Namun perlahan, narasi ini menyingkap motif kontrol, patriarki, dan ketakutan terhadap hasrat perempuan yang dianggap liar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun