Kopi tak lagi menghangatkan ketika kuterima kabar ledakan di sebuah Katedral di Makassar. Kota yang menjadi bagian penting dalam salah satu episode hidupku
Tak ada lagi aroma harmoni dalam racikan secangkir kopi favoritku ketika kudengar seorang perempuan berpistol jenis soft gun beraksi di Mabes Polri. Tempat yang jadi simbol keamanan negeriku
Aku terdiam membisu saat kedua kabar kuterima. Terdiam dan membisu. Tak ada yang bisa kukatakan dan kutulis tentang itu. Lidahku kelu, tanganku kaku, layaknya mengulum dan menggenggam sekepal es batu. Ini Sya'ban bulan yang istimewa. Bulan yang diapit Rajab bulan yang mulia dan Ramadhan bulan yang suci.
Berminggu sudah terlewati
Peristiwa itu membekas kuat dalam memori
Malu, kecewa dan marah bercampur mengaduk-ngaduk kesadaranku
Inikah negeriku yang plural dan penuh harmoni. Kenapakah negeri ini harus dikoyak oleh bangsanya sendiri.
Inikah Islam yang bermakna keselamatan. Kenapakah marwah Islam harus dirusak oleh umatnya sendiri.Â
Menjadi pantas ketika seorang kawan mempertanyakan mereka itu beragama apa. Karena Islam bukanlah seperti yang mereka tunjukan.