Mohon tunggu...
Kang Dimas
Kang Dimas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GmnI) Caretaker Komisariat Universitas Terbuka

Membaca Buku Dan Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kita Siap Menangkan Marhaenisme!

8 Desember 2023   09:17 Diperbarui: 8 Desember 2023   09:36 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://fkip.umsu.ac.id/2023/07/15/pengertian-pancasila-sebagai-ideologi-terbuka-beserta-perannya/

- **Menghormati Keberagaman:** Nilai-nilai Pancasila mendukung semangat Bhinneka Tunggal Ika, menjunjung tinggi keberagaman budaya, agama, dan suku bangsa Indonesia.

Kampanye tersebut kemungkinan besar bertujuan untuk membangun kesadaran akan pentingnya Pancasila sebagai pondasi ideologi bangsa Indonesia, serta meningkatkan semangat kebangsaan, persatuan, dan kedamaian dalam menghadapi dinamika sosial, politik, dan ideologi yang ada saat ini. Kita mengenal Pancasila dalam berbagai macam penafsiran dan penggunaannya. Orde baru menggunakan Pancasila sebagai jargon politik sekaligus alat gebuk terhadap lawan politik. Sedangkan orde reformasi yang sudah berlangsung dua dekeda ini hampir-hampir melupakannya.

Beberapa tahun yang lalu Presiden Jokowi meluncurkan sebuah kampanye dengan hastag "Saya Indonesia, Saya Pancasila" yang kemudian diikuti oleh banyak orang. Bila kita cermati, munculnya kampanye ini dilatarbelakangi oleh adanya identifikasi terhadap bangkitnya kekuatan politik sektarian yang berpotensi membawa kemunduran dalam peradaban bangsa Indonesia. Persoalannya, Pancasila di sini ditempatkan semata-mata sebagai instrumen pemersatu untuk tujuan yang disebut "merawat kebinekaan",  dan bukan instrumen pemersatu bangsa Indonesia sekaligus instrumen perjuangan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

Dalam pandangan GmnI Ut, Pancasila tidak dapat dipotong-potong menjadi sesuatu yang parsial untuk menyelesaikan satu masalah sembari mengabaikan masalah lain yang lebih krusial. Masalah apa yang lebih krusial tersebut? Jawabnya adalah kemiskinan dan ketimpangan sosial akibat liberalisasi ekonomi. Pengalaman sejarah membuktikan bahwa pasang naik dari politik fasis-sektarian, atau juga dikenal dengan populisme kanan, hadir seiring dengan merosotnya perekonomian rakyat. Hal ini bahkan menjadi fenomena politik global dengan bangkitnya politik fasis-sektarian di berbagai negara. Kebangkitan neo-fasis di Eropa dan Amerika seperti "white supremacy" (keunggulan kulit putih) dapat menjelaskan hal ini. 

Jadi latar belakang kampanye "YUDYA PRATIDINA MARHAENIS" yang akan diluncurkan oleh GmnI UT adalah adanya dua persoalan ini; kemiskinan dan ketimpangan sosial akibat neo-liberalisme dan neo-kolonialisme di satu sisi dan bangkitnya politik fasis-sektarian di sisi yang lain.

 Bagaimana kampanye itu akan dilakukan? 

Rencana pelaksanaan kampanye "Yudya Pratidina Marhaenis, Menangkan Pancasila" dari Komisariat Universitas Terbuka bisa mencakup beberapa langkah strategis:

### 1. Penyuluhan dan Edukasi:

- **Seminar dan Diskusi:** Mengadakan seminar, diskusi, atau lokakarya yang melibatkan narasumber terkait yang mampu membahas nilai-nilai Pancasila, relevansinya dengan konteks saat ini, serta pentingnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

- **Kelas atau Workshop:** Mengadakan kelas atau workshop khusus yang mendalam tentang Pancasila, memperkenalkan nilai-nilainya, serta mendorong refleksi dan diskusi aktif.

### 2. Media Sosial dan Kampanye Digital:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun