Mohon tunggu...
Andar Wibawa
Andar Wibawa Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Menulis membuatku makin asyik mengalir di sungai waktu, mengagumi ini dan itu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sepotong Hati di Kantong Plastik Merah

17 September 2022   10:02 Diperbarui: 17 September 2022   10:08 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Aromanya seperti kukenal. Meruap dari tubuh malam
Tapi aku sibuk. Aku melipatnya, kumasukkan ke saku celana
Aku membuka lipatan itu saat di kamar. Sudah larut malam
Kucium kucium, hidungku mencari-cari ingatan.


Air mata dari sebuah hati yang tersayat kenyataan
Berceceran di langit-langit kamar. Tubuhku basah
Kupandangi pintu kamar dan suara seseorang mengetuknya
Kubuka dengan tergesa-gesa, namun di balik pintu hanya kutemukan
bayang-bayang sepotong hati.


Kuingat-ingat pertama kali aku menemukan sepotong hati
yang teriris-iris. Seseorang telah menaruhnya di kantong plastik merah
di tangga rumahku. Dan bau malam ini adalah bau kantong plastik
merah itu. Akhirnya hidungku menemukan kesimpulan.


Telah kusimpan kantong plastik merah itu di dalam lemari es rumahku
Kukunci, namun celakanya aku lupa menaruh kuncinya.
Tapi bau hati yang teriris-iris itu aku hampir tak pernah bisa melupakannya
Hampir. Kini aku menemukannya.


Kubiarkan tubuhku basah beberapa saat
Air mata itu menindih ingatanku. Namun aku seperti patung
Tubuhku hampir beku. Menjalar ke otak,
Aku tertidur dan air mata menjelma kasur lipat yang empuk.
Tak harus kumengerti. Aku tidur seperti berhari-hari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun