Mohon tunggu...
Darkim bin Arsabesari
Darkim bin Arsabesari Mohon Tunggu... Pengangguran Terselubung

Lupakanlah! Hanya sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Suara-Suara Tak Mampu Bersuara

25 Juni 2025   07:35 Diperbarui: 25 Juni 2025   07:35 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku ingin mendengar suaramu, yang tertanam dalam kerongkongan meja pembesar. Menjerit halus namun  menguarkan kepahitan kaum marjinal.

Suara-suara tak berbentuk rumus fasal undang-undang, hanya didengarkan ketika musim pemilu menjelang. Selebihnya, bagaikan onggokan kertas kosong tanpa nominal.

Apakahmustahil mencantolkan keadilan dalam setiap kebijakan. Berpihak kemakmuran, mengedepankan adab dalam setiap pembangunan.

Aku ingin kembali mendengar suaramu, sekali lagi. Di iringi gerimis sunyi birokrasi, di antara lembaran rapat berupa perdebatan panas pemilik modal.

Suara-suara tak pernah mencapai tujuan. Seribu kelokan dengan sudut sempit menggaungkan sejuta kepentingan.

Jika satu saja suara itu di dengarkan, mari kita berpesta sebagai rakyat yang berdaulat. Cukup satu suara, karena itu adalah pertanda. Para pemimpin tidak alfa ketika mengayomi rakyatnya.

#####

Baganbatu, 25 juni 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun