Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Dari Musim Gugur Menuju Musim Semi

25 Mei 2021   08:05 Diperbarui: 25 Mei 2021   08:14 1443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menggigil cabang hati, ranting rasa yang mulai mati, daun kecewa satu persatu gugur meluruk bumi. Hampa, kecewa, cidera jiwa menanggung derita, merana mengikuti garis angin. Entah kemana bermuara.

Batang-batang pohon tertunduk diam, angin bertiup sepoi membisikan. "Inilah siklus hidupmu, kenyataan takdir seperti menguak takdir". Merana karena berpisah, menangis hingga mengering airmata. Jerit terkunci didasar hati, ratapan hanya sampai ujung tenggorokan. Bersuara tapi hanya dalam diam.

Tapi musim gugur hanya sekali, memeluk kemudian merelakan, memiliki hingga akhirnya kehilangan. Menyakitkan, menorehkan memori tentang terpenggalnya kasih untuk sekian kali. Tak hendak terulang lagi, tapi musim gugur adalah tangga takdir duniawi.

Nun jauh di ujung cakrawala, musim semi tengah menunggu dengan gelisah. Mampukah ia menggantikan kekasih yang telah tiada, sanggupkah ia menambal rasa yang telah terluka oleh cinta.

*****

Baganbatu, mei 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun