Menangkah aku. Setelah sebulan larut mengikuti kebiasaan, mencampur ketaatan dengan kemalasan, tumpang tindih antara pengakuan dan pengingkaran.
Menangkah engkau. Berteriak paling lantang, berdiri di barisan paling depan. Menampakan kebaikan yang dulu tak pernah dilakukan, meninggikan tuntunan setelah sekian lama melupakan.
Menangkah kita? Pantaskah mengaku juara?
Kini kita merayakan, kini kita bergembira dengan melupakan. Tak berbekas, tak berkecambah. Tak merubah, tak menambah kebajikan.
Pantaskah kita mengaku menang, setelah menepuk dada kembali pecundang.
*****
Baganbatu, mei 2021
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!