Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Seteguk Makna Pensuci Jiwa

24 Desember 2019   06:19 Diperbarui: 24 Desember 2019   06:28 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mereka menulis sekumpulan kata, aku berkaca dalam tiap hurupnya. kadang melengkung seumpama roda, kadang tegak bagaikan tonggak menancap di mayapada. coreng-moreng perasaan di wajah, terbakar dan tersiram sering bersamaan. Tawa dan tangis sering kali beriringan, satu berpegang erat dengan pasangan, tak terpisah oleh titik dan koma. Selamanya

Barisan aksara kadang menyiksa, mengobrak-abrik rasa sebagai manusia, membanting dan meremukan kesadaran tentang siapa saya. Ternyata saya belum menjadi aku, sedangkan aku masih jauh dari derajat seorang hamba. Sangat jauuuuuh

Kapan? tanda tanya berjajar di setiap ruangan, memenuhi tembok kamar, melayang tinggi di langit-langit sepi. Entahlah! jawaban tak pasti menjadi kunci basi, antara yakin dan putus asa, atau mungkin antara munafik dan sejatinya

Semoga ada satu kata bisa memecah jiwa, semoga ada satu ucapan sebagai peringatan. Di mana? mengapa?

Bagan batu, saat hari mulai terang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun