Mohon tunggu...
JUWITA WIDIYAWATI
JUWITA WIDIYAWATI Mohon Tunggu... Guru - guru bahasa indonesia di MTs Minhadlululum trimulyo

Seorang ibu dari 3 orang anak, hobi saya ingin terus berkembang dalam hal apa saja.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Semiotika dalam Kumpulan Kata Mutiara Mario Teguh

8 Desember 2022   17:47 Diperbarui: 8 Desember 2022   18:08 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata-kata yang bisa menjadi ikonik, misalnya dalam komik yang sering menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan efek suara dari suatu peristiwa. Misalnya efek meledak, "DHUAAR!". Penggunaan seperti ini sering disebut sebagai onomotopoetic.

Tidak mudah menentukan seberapa mirip seharusnya sebuah ikon terhadap obyek yang diwakilinya. Semakin sering kita melihat tanda itu, akan menjadi kebiasaan sehingga dengan mudah dikenali sebagai tanda Ikon. Obyek yang diikonkan juga mempengaruhi, karena semakin familiar obyek tersebut, semakin mudah diikonkan, dan dipahami. Tetapi selalu ada konteks budaya lokal yang akan mempengaruhi, sehingga perlu memeriksa apakah budaya tertentu memiliki pemahaman yang khusus terhadap sebuah tanda ikon.

  • Indeks adalah tanda yang menunjukkan hubungan kausal (sebab-akibat) antara penanda dan petandanya, misalnya asap menandai api, alat penanda angin menunjukkan arah angin, dan sebagainya.Paramita (2011: 3-5) menyatakan indeks diterjemahkan secara literal sebagai some sensory feature(sesuatu yang dapat dilihat, didengar, atau mudah tercium baunya) yang kemudian menghubungkannya dengan obyek tertentu. Binatang adalah makhluk yang paling terbiasa menggunakan index sebagai alat mereka mengenali lingkungan sekitarnya. Anjing pelacak misalnya, sangat tajam penciumannya, sehingga mampu membedakan bau mangsa atau bahaya.
    Beberapa contoh yang biasa kita temui:
  • Awan yang gelap dipahami sebagai tanda (index) akan datangnya hujan.

Bagi ikan, laut atau situasi air yang lebih terang karena cahaya, menandakan daerah itu lebih hangat (asumsinya, dekat dengan cahaya matahari).

Jejak binatang, bisa dipahami para pemburu sehingga dapat mengenali binatang apa yang baru saja melewati daerah tersebut.

Dialek dalam berbahasa, bisa dipahami sebagai tanda bahwa seseorang berasal dari wilayah tertentu (dialek Jawa, bahasa Inggris dari Amerika atau gaya British, dl).

Perlu dicatat, bahwa index selalu dipahami berdasarkan frekuensi kemunculannya.Artinya, untuk memahami tanda-tanda tersebut, perlu paparan berulang, terutama bagi manusia.Manusia belajar dari alam mengenai tanda-tanda alam, sehingga semakin sering suatu tanda muncul dan diikuti oleh peristiwa, atau kehadiran obyek tertentu, semakin hafal manusia terhadap index tersebut. Sebagian tanda bahkan diciptakan oleh manusia, agar lebih mudah mengenali suatu peristiwa atau obyek tertentu, misalnya:

  • Suara dari katel uap, yang menandakan air sudah mendidih.


Lampu merah yang menandakan kita harus berhenti sebelum lampu tersebut.

Hubungan antar tanda index dengan obyeknya, tidak selalu sempurna dimaknai.Manusia biasanya yang paling bandel dalam melabrak makna-makna tersebut, misalnya lampu merah yang tetap dilanggar.Binatang, cenderung patuh, karena mereka hanya mengandalkan insting.Kata-kata bisa menjadi index ketika berhubungan langsung dengan makna yang dimaksud, tanpa tergantung dengan kata-kata lain. Misalnya kata-kata "Di sini", atau "Saya", perlu pengarah agar jelas siapa yang dimaksud.Tanpa pengarah itu, maka kata-kata itu bisa bermakna ganda.

Simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya, hubungannya bersifat arbitrer (semau-maunya). Arti tanda itu ditentukan oleh konvensi. 'Ibu' adalah simbol, artinya ditentukan oleh konvensi masyarakat bahasa (Indonesia). Orang Inggris menyebutnya mother, Perancis menyebutnya lamere,dsb. Adanya bermacam-macam tanda untuk satu arti itu menunjukkan "kesemena-menaan" tersebut. Dalam bahasa, tanda yang paling banyak digunakan adalah simbol.

Paramita (2011: 5-8) menjelaskan bahwa "Bagaimana dengan semua kata benda dalam bahasa kita?"Anak-anak, biasanya diperkenalkan dengan kata-kata yang indexial, misalnya menggunakan istilah "Guguk" untuk menyebut anjing, atau "Bombom" untuk menyebut mobil.Meski ini tampak seperti index, tetapi terkadang istilah itu digunakan tanpa adanya kehadiran si obyek.Artinya, bahkan ketika anjing atau mobil tidak nampak, kita bisa menggunakan kata-kata tersebut untuk berkomunikasi dengan anak.Misalnya kata-kata yang sering digunakan untuk benda-benda yang masih diragukan keberadaannya.

Misalnya Monster, atau Hantu.Kata-kata ini digunakan, tetapi sebenarnya bukan index karena sulit dibuktikan hubungan antara kata tersebut dengan obyeknya.Maka manusia membuat interpretasinya sendiri.Begitupun dengan gambar.Apakah gambar hantu selalu seperti pocong? Karena di budaya tertentu, yang disebut hantu sama sekali tidak seperti pocong.Simbol kemudian digunakan untuk membuat asosiasi terhadap suatu obyek yang tidak harus berhubungan langsung baik secara fisik maupun karena kehadirannya dalam waktu tertentu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun