"Ya, kau gedor toko orang Tionghoa di Malang itu salah Lek! Kamu bikin rusak nama tentara, tidak ubahnya begal sekarang merampok orang desa"
"Perutmu rusak Setyo, tembakanku yang merusaknya," ejak Dewanto.
"Apa perlu aku rusak perutnya juga?" kata Daus mengeluarkan pisau.
"Jangan, biar dia diadili di makamah militer! Bawa mereka!" perintah Harland pada anak buahnya. Rupanya sjeumlah serdadu ditempatkan di posisi tersembunyi.Â
Setyo mengacungkan jempol pada Daus. "Siasatmu untuk menjebak gerombolan itu cerdas  dengan membawaku kemari tanpa membahayakan orang sipil."
"Aku punya feeling, Paman Setyo diincar secara pribadi. Mereka bukan bagian dari DI/TII tetapi hanya petualang sakit hati yang mendompleng," ujar Daus. "Meskipun yang Belanda itu  mungkin simpatisan Kastosuwiryo."
"Tapi untuk apa, tidak paham aku," kata Harland.Â
"Masih ada Belanda tidak terima kehilangan Indonesia, itu satu. Dua, dia ingin menunjukkan Belanda lebih pintar."
"Gila, meninggalkan keluarga.
"Mereka tidak punya keluarga dan tidak tahu mau ngapain kalau pulang ke Belanda," kata Daus.Â
Lalu mereka menoleh pada Setyo.