"Sisihkan untuk Adi dan Bisma, yang jaga di luar Paul!" perintah Herlanda.
Rupanya paman Syafri  sudah lama menjajaki perkebunan stroberi dan jamur di Ciwidey.  Mereka melakukan survei lahan. Rumah itu milik Paman Syafri dan kerap disewakan memiliki sekitar sepuluh kamar.
Setengah jam ketika makan, Angga bergabung bersama anak Emil dan Meiti, Â Didi Bagus, serta Yoga.
"Jenis jamurnya apa?" tanya Serma Setyo.
"Tiram dan asparagus. Â Tetapi yang kedua sedang dijajaki. Kami sedang mencoba mendatangkan bibit dari Batu, Malang. Juga jeruk di sana yang tumbuh di ketinggian," ujar Emil.
"Wah, mengapa tidak bilang dari dulu Kang Syafri, bisa buka usaha restoran serba jamur, bule-bule Belanda suka itu," sela Widy.
"Kalau kami masih diperbolehkan di Indonesia," kata Hein.
"Kalian masih di sinilah," kata Syafri optimis.
"Yang lebih genting kalau Minang dan Minahasa bergolak keras," kata Rinitje.
"Nah, itu dia! Bisa saling berhadapan tentara republik dengan tentara republik," kata Herlanda,
"Kawan aku di sana banyak yang di bawah komando Ahmad Husein," kata Daus.