Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Koloni (47)

23 Juni 2017   15:02 Diperbarui: 23 Juni 2017   15:05 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Evan Sektian dan sepuluhan anak buahnya bermunculan dari jalan dengan semut. Mereka berhamburan dan menyebar, baku tembak terjadi.

“Perempuan-perempuan pemberan, Dani!” seru Sersan Candra kirana memegang erat pinggangnya terluka.

“Saya ingat Inong balee!!”

Alif melihat para serdadu semut laki-laki dan perempuan tangkas memanjat bangunan dan pohon mencari tempat menembak. Dua serdadu semut terkapar di jalan dan sebuah kendaraan semut terbakar terkena roket.

Tetapi pihak serdadu lawan juga kehilangan dua serdadu menjadi debu dan dua lagi terjatuh.

Hanya lima menit kemudian Ristia dan pasukan tawonnya datang. Jumlahnya selusin menembak peluru besi panas yang begitu menembus tubuh kembali menjadi. Tubuh seperti mentega terkena besi panas. Alif menyadari itu maksud pertunjukkan Harum.


Hasilnya tiga serdadu lawan terkapar dalam sapuan pertama. Sebuah tembakan berhasil menjatukan pengendara tawon. Tetapi serdadu itu terkena tembakan semut hingga jadi debu, seorang lagi yang terluka mencoba menembak tapi dia jadi debu.

Hanya dalam lima belas menit justru tentara bayaran Dhimas Harris terkepung. Tentara Irwan Priyatna yang lain datang.

Dengan tertengun, dua serdadu bule dan dua serdadu berwajah Indonesia melempar senjata menyerah. Hanya mereka yang tersisa dan tak terluka. Mereka menyadari hanya tinggal tunggu waktu untuk tumpas.

Irwan Prayitna kemudian meninjau lokasi. Alif masih shock. Ia memangku tubuh Andro yang sudah beku. Ahmady duduk di sampingnya.

“Mereka mempertahankan tempat mereka Dy,!” Alif menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun