Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Koloni (47)

23 Juni 2017   15:02 Diperbarui: 23 Juni 2017   15:05 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nanda memperhatikannya dengan takjub. Alif memberikannya minumannya. Dia langsung meneguknya. Ahmady dan anak buahnya juga dapat minuman.

“Nanda ini ..”

Tetapi Zahra sudah menyambarnya. “Zahra bidadarinya Alif!”

Nanda ingin pingsan. Namun ia lebih ingin merasa pingsan lagi ketika melihat Harum Mawar turun dari kendaraan semut dan langsung bersalaman dengan Rahmi.

“Akhirnya kita kumpul,” cetusnya berpelukan. “Sayangnya Vita, nggak di sini.”

“Perhatian! Para tamu nanti kumpul ke rumah mahkota. Di sana akan ditentukan tinggal di mana. Yang gugur akan diurus . Para tahanan akan dibawa ke luar portal bersama para penyusup hidup lainnya. Segera!” Irwan Prayitna berwibawa.


Ahmady dan anak buahnya tercengang dengan santainya empat serdadu semut meniupkan serbuk ke wajah serdadu lawan yang menyerah dan mereka rubuh tertidur. Begitu juga yang luka-luka.

“Tenang kolega, mereka yang luka tetap dirawat. Tetapi tidak diterima di tempat ini,” bisik Irwan.

(BERSAMBUNG)

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun