Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel | Koloni (43)

27 Mei 2017   19:56 Diperbarui: 27 Mei 2017   20:56 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Koloni (kredit foto Irvan Sjafari)

Zahra makin jarang mau diajak berhubungan badan di unit apartemen dan Alif juga sudah enggan, karena pasti sudah lelah berkejar-kejaran dengan pesawat kupu-kupunya. 

Berapa lama mereka menjadi suami isteri di koloni?  Mungkin sudah sepuluh tahun waktu hitungan bumi, mungkin lebih, tetapi Zahra masih seperti bidadarinya ketika pertama kali bersentuhan dengannya. Tidak pernah habis energinya.

Dia pun juga masih seperti sewaktu pertama kali masuk koloni. Udara yang bebas polusi, masih asri, membuat warga koloni awet muda. Wajah Pak Nanang saja masih seperti waktu seperti terakhir dilihat di Bandung:  masih gagah walau rambut sudah memutih. Kadar oksigen di pulau ini juga tinggi membuat tubuh lebih bugar.  Alif menghitung kemungkinan itu, mengembirakan tetapi sekaligus menakutkan. Jangan-jangan dia sudah puluhan tahun tetapi merasa sepuluh tahunan. Kalau begitu seperti apa Bumi kalau koloni ini di planet lain.   

                                                                                                                                    ****

Kejenuhan Alif dengan kelompok kupu-kupu juga terobati, ketika Andro mengajaknya mengikuti kehidupan seksi lebah yang melihatkan isterinya Kamayanti. Mereka sudah punya anak perempuan Mayda Rekana usia sekitar tujuh tahun perkiraan dia. 

Mereka memanen madu, membuat obat dan minuman buat warga koloni dan kendaraan lebah mereka juga penanam dan pemanen buah.   Satu kelompok dengan lebah ialah tawon yang lebih seperti pesawat tempur, namun wajah anak-anak yang remaja  begitu ceriah.


Lepidoptera bergabung dengan kupu-kupu, seperti Alif dan Zahra dengan orangtuanya.  Giri  akhirnya bergabung dengan kupu-kupu.   Harum dan Anis mengizinkan putranya bergabung dengan koloni kupu-kupu.  Kaum kupu-kupu di koloni tidak sebanyak semut dan lebah, bahkan rayap.  

Tetapi kupu-kupu   paling solid dan kelompok yang paling ramai, sepertinya komandannya Zahra : heboh.  Pakaiannya pun paling warna-warni dan terbang pun tidak mau teratur: suka-sukanya.  Tetapi secara teknologi kelompok itu paling kreatif, sesudah bisa berkomunikasi dengan headphone tim teknik kupu-kupu dalam beberapa purnama mempunyai teknologi bisa melihat malam.

“ Zahra dan anak buahnya memodifikasi night vision yang ditemukan di antara pecahan pesawat!” kata Alif ketika diajak bertemu para tetua.     

“Membuatnya dia lebih praktis dari kunang-kunang,” kata Irwan, sang panglima tentara.

Kabar baik, tetapi juga membuat anak-anak kupu-kupu bisa berpergian malam. Tinggal pikiran iseng keluar dari Koloni melalui laut malam hari.  Para tetua terlalu khawatir. Zahra dan gengnya tidak akan mau. Aku mau, tetapi mana bisa untuk akses ke menjadi manusia kupu-kupu harus melalui Zahra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun