Mohon tunggu...
Junaidi Husin
Junaidi Husin Mohon Tunggu... Aku menulis karena aku tidak pandai dalam menulis. Juned

Gagasan seorang penulis adalah hal-hal yang menjadi kepeduliannya. John Garder

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW: Antara Syar'i dan Tradisi

20 September 2025   14:46 Diperbarui: 20 September 2025   15:43 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat datang bulan Rabi'ul Awwal, bulan kelahiran dan wafatnya Nabi Muhammad SAW. Kala itu, ketika engkau dilahirkan disambut dengan penuh suka cita, selama hidupmu juga selalu menebar kasih dan cinta, begitupun disaat detik-detik menjelang wafatmu air mata tiada berhenti membasahi dan kini Taman Raudhah menjadi tempat yang paling dirindui untuk dikunjungi.

Dewasa ini, jauh setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW., dalam merealisasikan kecintaan dan mengobati kerinduan ummatnya, banyak menimbulkan perbedaan sikap dan pandangan terkait mengenang kelahirannya itu. Sebagaimana yang terjadi saat ini pro dan kontra akan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Sebetulnya permasalahan terkait Peringatan Maulid ini tidak hanya berkenaan pada hari, tanggal dan bulan kelahiran Nabi SAW, yang dahulunya di kalangan para ahli ilmu falaq menuai perbedaan dan di bangku mahasiswa itu diperdebatkan. Tetapi juga pada kapan awal mula Peringatan Maulid ini dilakukan, pada masa apa dan siapa hingga kemudian banyak dilakukan dan dianjurkan sebagaimana yang telah terjadi saat ini.

Sejarah Perayaan Peringatan Maulid Nabi

Awal mula peringatan ini sebagaimana dalam pandangan ulama cendikiawan muslim M. Quraish Shihab. Menurutnya, Perayaan Maulid Nabi itu baru dikenal di Mesir dan kota lainya yakni pada abad keempat Hijriyah yang diperkenalkan oleh Dinasti Fathimiyin. Lihat (M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal KeIslaman yang Patut Anda Ketahui, 2008).

Tidak hanya itu, ia juga menyuguhkan pendapat lain, perayaan tersebut bermula sebagaimana yang dilakukan oleh al-Malik al-Muzhaffar Abu Sa'id di kota Ibril, yang mana peringatan dan perayaan itu mereka ambil dan meniru dari pada  peringatan yang dilaksanakan oleh Syaikh 'Umar bin Muhammad al-Mala' yang pada awalnya diperkenalkan di Mushil Irak, adapun kitab yang dibaca pada saat itu "at-Tanwir fi Maulid al-Basyir an-Nazhir."

Beda halnya menurut Ahmad Sauri dalam buku Sejarah Maulid Nabi, sebagaimana yang penulis kutip dari tulisan Fathani Ahmad pada laman (jabar.nu.or.id/23/10/2022). Dikatakan bahwa perayaan dalam memperingati Maulid Nabi sudah dilakukan oleh masyarakat Muslim sejak tahun kedua hijriah. Tambahnya, catatan tersebut merujuk pada Nuruddin Ali dalam kitabnya Wafa'ul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa. 

Sementara itu, sejarah peringatan Maulid Nabi di Indonesia sendiri baru mulai muncul sekitar  tahun 1404 masehi pada masa Wali Songo. Peringatan tersebut selain untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengharap syafa'at Nabi Muhammad SAW serta juga untuk menarik perhatian masyarakat khususnya non Muslim agar memeluk agama Islam. (Detik News, 23/10/2022)

Dari situ Peringatan Maulid Nabi ini terus berkembang sebagaimana yang telah kita ketahui dan saksikan saat ini. Dahulu, mungkin hanya sebatas memperdengarkan kisah nabi dan keteladanannya, namun kini tidak jarang kita temui keaneka ragaman serta keunikan dari peringatan itu, seperti masyarakat di pulau Bangka diketahui dalam perayaan Peringatan Maulid Nabi ini lebih meriah dari pada dua hari raya (idul fitri dan adha) yang dirayakan oleh masyarakat Palembang. Lain dari pada itu, dalam peringatan Maulid ini juga diisi dengan pengajian tabligh akbar yang di dalamnya membaca kitab al-Barzanji, Maulid Diba' Maulid Simtuddurar dan lain-lain. Bahkan sampai ada yang menggelar arak-arakkan serta festival.

Adanya dua sumber pendapat atau kemungkinan bisa lebih sebagaimana penulis hidangkan di atas, dan itu hal lumrah terjadi. Apalagi mengenai penanggalan masa awal mula Peringatan Maulid Nabi ini dilakukan, mengingat peristiwa itu terjadi jauh sekali dari masa sekarang. Hemat penulis, adanya berbagai pandangan terkait awal mula peringatan tersebut tidak perlu dipersoalkan. Sebab, siapa yang pertama dan menjadi yang kedua, siapa yang memulai dan siapa yang mengikuti sama saja, lagipulah kedua-duanya telah menjadi rujukan dalam mengenang kelahiranya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun