Niken yang selama ini diam tiba-tiba ikut bicara. "Aku udah selesai ngecek bagian strategi pemasaran dan program loyalty card. Semuanya udah sesuai dengan data terbaru."
"Bagus sekali, Niken. Kamu benar-benar membantu kita," kataku sambil tersenyum padanya.
Setelah semua bagian proposal selesai, kami pun mulai melakukan review akhir. Kami duduk melingkar di meja sudut favorit kami, dengan proposal yang sudah dicetak dan laptop yang menampilkan presentasi.
"Oke, kita harus pastiin semuanya udah perfect," kata Ragil sambil membuka halaman pertama proposal. "Mulai dari cover, executive summary, sampai analisis keuangan."
Kami pun mulai membaca proposal secara detail, memastikan tidak ada kesalahan kecil yang terlewat. Setiap kali menemukan sesuatu yang perlu diperbaiki, kami langsung mendiskusikannya dan mencari solusi terbaik.
"Eh, di bagian strategi pemasaran, kayaknya kita perlu tambahkan data terbaru tentang tren konsumen," usul Niken tiba-tiba.
"Betul," sahut Ragil. "Aku punya data terbaru dari riset pasar kemarin. Aku bisa tambahkan di sini."
Kami pun bekerja cepat, mencoba menyelesaikan semua revisi sebelum siang hari. Anjani yang melihat kami sibuk ikut membantu dengan menyiapkan kopi dan camilan.
"Kakak, Niken, Ragil, Rendra, istirahat dulu deh. Kalian udah kerja dari pagi," kata Anjani sambil menaruh beberapa gelas kopi di meja kami.
"Terima kasih, Jani," jawabku sambil mengambil gelas kopi. "Kamu benar, kita butuh istirahat sebentar."
Setelah istirahat sebentar, kami pun kembali bekerja. Suasana di kafe semakin tegang seiring dengan berjalannya waktu. Deadline pengumpulan proposal adalah jam empat sore, dan kami tidak ingin terlambat.