Saat kami sedang asyik berbincang, tiba-tiba Pak Ghofur mendekati meja kami. Beliau membawa secangkir kopi dan duduk di sebelahku.
"Arman, saya dengar kamu punya usaha kafe, ya?" tanya Pak Ghofur dengan penasaran.
Aku mengangguk. "Iya, Pak. Namanya Lintas Garis Coffee. Bareng ibu dan adikku."
"Wah, keren. Itu usaha yang bagus. Saya dengar kafe kalian cukup ramai, ya?"
"Iya, Pak. Alhamdulillah, pelanggannya lumayan banyak," jawabku bangga.
Pak Ghofur tersenyum. "Kalau begitu, kamu harus terus kembangkan usaha itu. Jangan lupa, matematika juga bisa membantu dalam mengelola bisnis, lho. Misalnya, dalam menghitung keuntungan, kerugian, atau bahkan merencanakan strategi pemasaran."
Aku terkesima dengan penjelasan Pak Ghofur. Selama ini, aku hanya melihat matematika sebagai pelajaran sekolah, tapi ternyata ia juga bisa sangat berguna dalam kehidupan nyata, termasuk dalam mengelola Lintas Garis Coffee.
"Terima kasih, Pak. Aku akan coba terapkan itu," kataku dengan penuh semangat.
Pak Ghofur mengangguk puas. "Bagus. Saya yakin kamu bisa sukses, Arman. Jangan lupa, belajar itu tidak hanya di sekolah, tapi juga dari kehidupan sehari-hari."
Setelah berbincang sebentar, Pak Ghofur pun pergi meninggalkan kami. Aku merasa termotivasi oleh kata-katanya. Lintas Garis Coffee bukan sekadar usaha keluarga, tapi juga tempat di mana aku bisa belajar banyak hal---tentang matematika, bisnis, dan kehidupan.
Hari itu, aku merasa semakin yakin bahwa setiap garis yang kami lintasi akan membawa kami ke tempat yang lebih baik. Bersama Ragil, Rendra, dan dukungan dari orang-orang seperti Pak Ghofur, aku siap menghadapi tantangan apa pun yang menanti.