Setelah dua jam berlalu, Pak Ghofur mengumpulkan lembar jawaban kami. Beberapa siswa langsung menghela napas lega, sementara yang lain masih terlihat tegang.
"Bagaimana, anak-anak? Sulit ya?" tanya Pak Ghofur dengan senyum khasnya.
"Banyak yang bikin pusing, Pak," jawab Rendra sambil tertawa.
Pak Ghofur mengangguk. "Itu wajar. Matematika memang butuh ketekunan dan kesabaran. Tapi, saya yakin kalian bisa melewatinya dengan baik."
Beliau kemudian menjelaskan beberapa poin penting dari soal-soal ulangan tadi, sambil sesekali bercanda untuk mencairkan suasana. Aku merasa lega karena ternyata beberapa jawabanku sesuai dengan penjelasannya.
Setelah pelajaran usai, aku, Ragil, dan Rendra berkumpul di kantin untuk makan siang.
"Gimana, Arman? Udah bisa ngerjain soal nomor tiga?" tanya Ragil sambil mengambil sesuap nasi.
"Alhamdulillah, akhirnya bisa juga. Tadi sempat bingung, tapi ingat penjelasan kamu kemarin," jawabku sambil tersenyum.
Rendra menggeleng-gelengkan kepala. "Aku mah masih bingung sama soal nomor empat. Kayaknya aku salah deh."
"Ah, santai aja, Ren. Yang penting udah berusaha," sahut Ragil.
Kami pun tertawa. Meskipun ulangan matematika tadi terasa berat, aku merasa bersyukur punya teman seperti Ragil dan Rendra. Mereka selalu bisa membuat suasana menjadi lebih ringan.