Senin, 15 September 2025, di Cijapati, Kabupaten Bandung, saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga tentang dunia usaha. Semuanya bermula dari ajakan seorang teman, seorang petani jeruk siam yang baru saja panen raya.
Tanpa banyak berpikir, saya mengiyakan ajakannya untuk ikut membantu menjual 5 kuintal jeruknya ke Pasar Induk Gede Bage Kota Bandung.Â
Awalnya, saya hanya berniat menemani. Namun, siapa sangka, saya justru diangkat menjadi 'bandar dadakan.' Pengalaman ini membuka mata saya lebar-lebar tentang berbagai tantangan dan pelajaran yang tak terduga.
Tantangan di Lapangan
Sebagai 'bandar dadakan,' saya langsung dihadapkan pada situasi yang sama sekali baru. Tantangan pertama yang saya hadapi adalah negosiasi harga. Saya tidak punya pengalaman tawar-menawar dengan para pedagang besar.Â
Mereka semua terlihat sangat ahli, tahu betul kualitas barang, dan punya strategi sendiri untuk menekan harga. Saya merasa canggung dan takut salah langkah.Â
Saya hanya bisa berpegang pada keyakinan bahwa kualitas jeruk teman saya memang bagus. Saya berusaha menjelaskan dengan jujur bahwa jeruk ini baru dipanen dan kualitasnya terjamin, tanpa ada trik atau permainan.
Tantangan kedua adalah urusan logistik dan tenaga. Mengurus 5 kuintal jeruk bukanlah hal yang mudah. Kami harus memastikan jeruk-jeruk itu dimuat dengan hati-hati ke dalam mobil, agar tidak ada yang rusak di perjalanan.Â
Setelah sampai di pasar, kami harus membongkar muatan, memilah-milah, dan menatanya dengan cepat. Saya baru sadar, prosesnya sangat melelahkan.Â
Kami harus bersaing dengan pedagang lain yang sudah punya tim dan sistem kerja yang lebih terorganisir. Saya dan teman saya hanya berdua, jadi kami harus bekerja ekstra keras.