Perpustakaan keliling juga sering kali menciptakan suasana yang meriah. Ada musik-musik ceria, balon, atau spanduk-spanduk yang menarik. Suasana ini sangat kontras dengan perpustakaan sekolah yang cenderung sepi dan kaku.Â
Anak-anak merasa bahwa perpustakaan keliling adalah tempat yang menyenangkan untuk bersenang-senang, dan membaca adalah bagian dari kesenangan itu.
Pendekatan ini mengajarkan kita satu hal penting yaitu literasi tidak harus selalu serius. Literasi bisa disajikan dengan cara yang ringan, santai, dan menghibur.Â
Perpustakaan keliling berhasil membuktikan bahwa membaca bukan hanya tentang mendapatkan ilmu, tetapi juga tentang menemukan kebahagiaan. Kebahagiaan ini menjadi motivasi terbesar bagi siswa untuk terus membaca dan belajar.
Kesimpulan
Bukan berarti perpustakaan sekolah tidak penting. Peran perpustakaan sekolah sebagai pusat sumber belajar di sekolah tetap tak tergantikan. Namun, kita harus mengakui bahwa perpustakaan keliling memiliki cara yang lebih efektif untuk "merayu" siswa agar mau membaca.Â
Melalui pendekatannya yang fleksibel, koleksi buku yang menarik, dan suasana yang menyenangkan, perpustakaan keliling berhasil mengubah persepsi siswa tentang membaca. Mereka tidak lagi melihat buku sebagai beban, melainkan sebagai teman yang menyenangkan.Â
Kisah sukses perpustakaan keliling ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, bahwa untuk menumbuhkan minat baca, kita harus lebih kreatif dan lebih memahami audiens kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI