Pendekatan ini sangat efektif. Siswa merasa bahwa buku-buku di perpustakaan keliling memang dibuat untuk mereka. Tidak ada lagi paksaan untuk membaca buku yang tidak disukai.Â
Mereka bisa memilih sendiri petualangan apa yang ingin mereka jelajahi. Mulai dari petualangan detektif, kisah persahabatan, hingga cerita-cerita fantasi yang memicu imajinasi.
Perpustakaan keliling juga sering kali menyelenggarakan kegiatan-kegiatan menarik di tempat. Misalnya, membacakan dongeng, membuat kerajinan tangan yang berhubungan dengan cerita, atau bahkan mengadakan diskusi kecil tentang buku yang sedang populer.Â
Kegiatan ini membuat membaca menjadi pengalaman yang interaktif dan berkesan. Siswa tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga aktif terlibat dalam prosesnya.
Berbeda dengan perpustakaan sekolah yang seringkali hanya menjadi tempat untuk meminjam dan mengembalikan buku, perpustakaan keliling menawarkan lebih dari itu. Ia menawarkan pengalaman, kenangan, dan kegembiraan.Â
Pengalaman yang tak terlupakan inilah yang membuat siswa selalu menantikan kedatangannya. Mereka belajar bahwa membaca adalah hal yang seru, bukan hal yang harus dilakukan.
Fleksibilitas dan Daya Pikat yang Tak Tergantikan
Fleksibilitas adalah kunci utama dari kesuksesan perpustakaan keliling. Ia tidak terikat pada satu tempat. Ia bisa bergerak bebas, menjangkau tempat-tempat yang sulit diakses oleh perpustakaan sekolah.Â
Di daerah terpencil, di mana akses ke buku sangat terbatas, perpustakaan keliling menjadi satu-satunya harapan. Ia membawa cahaya literasi ke sudut-sudut negeri yang terabaikan.
Selain itu, perpustakaan keliling memiliki daya pikat visual yang tak terbantahkan. Kendaraan yang dicat warna-warni, dengan gambar-gambar karakter kartun atau ilustrasi cerita, sudah cukup untuk menarik perhatian anak-anak.Â
Mereka penasaran dengan apa yang ada di dalamnya. Rasa penasaran inilah yang kemudian mengantarkan mereka pada gerbang dunia literasi.