Mereka juga belajar tentang nilai produk sehat dan buatan rumahan, yang seringkali lebih diminati dibandingkan jajanan pabrikan.
Ketiga, mereka mengembangkan keterampilan komunikasi dan negosiasi. Meskipun dalam konteks sederhana, Kenze berinteraksi dengan pelanggannya, yaitu teman-temannya.Â
Ia mungkin perlu menjelaskan produknya, meyakinkan mereka untuk membeli, dan bahkan membangun hubungan baik agar mereka menjadi pelanggan tetap. Keterampilan ini sangat penting dalam dunia bisnis dan kehidupan sehari-hari.Â
Mereka belajar bagaimana berbicara dengan orang lain, mendengarkan umpan balik, dan membangun kepercayaan. Ini adalah pondasi penting untuk jaringan bisnis di masa depan.
Keempat, mereka belajar tentang manajemen waktu dan tanggung jawab. Menyiapkan dagangan, membawanya ke sekolah, dan berjualan di sela-sela jam pelajaran membutuhkan perencanaan.Â
Kenze harus memastikan dagangannya siap sebelum berangkat ke sekolah dan ia harus mencari waktu yang tepat untuk berjualan tanpa mengganggu pelajaran. Ini mengajarkan disiplin dan tanggung jawab.Â
Ia bertanggung jawab atas dagangannya, keuntungannya, dan juga waktu belajarnya. Kemampuan untuk menyeimbangkan berbagai prioritas ini adalah keterampilan penting untuk kesuksesan di kemudian hari.
Kelima, anak-anak ini mengembangkan kreativitas dan inovasi. Meskipun Kenze menjual produk buatan ibunya, semangat untuk menawarkan sesuatu yang berbeda dan diminati adalah bagian dari kreativitas.Â
Mereka mungkin mulai berpikir tentang variasi produk, cara promosi yang unik di lingkungan sekolah, atau bahkan bagaimana meningkatkan pengalaman pelanggan.Â
Pikiran anak-anak yang masih murni seringkali bisa menghasilkan ide-ide segar yang tidak terpikirkan oleh orang dewasa. Ini adalah bibit inovasi yang akan tumbuh dan berkembang seiring waktu.
Keenam, mereka belajar tentang risiko dan keuntungan. Ada hari-hari di mana Kenze mungkin tidak menjual habis semua onigirinya, dan itu adalah bagian dari risiko bisnis.Â