Situasi ini bisa membahayakan kesehatan publik secara keseluruhan. Jika banyak masyarakat menunda pengobatan atau mencari solusi yang tidak tepat, tingkat morbiditas (kesakitan) bisa meningkat, dan penyakit menular bisa lebih sulit dikendalikan. Ini adalah konsekuensi yang perlu menjadi perhatian serius bagi pembuat kebijakan.
Peran Pemerintah dan Masyarakat
Dalam menghadapi kebijakan baru ini, peran pemerintah dan masyarakat menjadi sangat penting. Pemerintah, melalui OJK dan kementerian terkait, perlu memastikan bahwa implementasi co-payment tidak memicu krisis akses kesehatan bagi masyarakat kecil.
Mungkin perlu dipertimbangkan skema co-payment yang berjenjang, di mana persentase co-payment bisa disesuaikan dengan tingkat penghasilan atau jenis penyakit yang diderita. Atau, perlu ada program subsidi tambahan bagi masyarakat berpenghasilan sangat rendah untuk menutupi biaya co-payment ini.
Edukasi kepada masyarakat juga krusial. Banyak masyarakat yang belum memahami betul seluk-beluk asuransi, apalagi istilah seperti co-payment, deductible, atau co-insurance. Asuransi perlu memberikan penjelasan yang sangat mudah dipahami agar tidak ada kesalahpahaman di kemudian hari.
Antisipasi dari Perusahaan Asuransi
Perusahaan asuransi sendiri juga memiliki pekerjaan rumah. Dengan adanya kewajiban co-payment, mereka perlu memikirkan kembali produk-produk yang ditawarkan agar tetap menarik dan relevan bagi berbagai segmen pasar. Mungkin ada ruang untuk inovasi produk yang menawarkan fleksibilitas co-payment atau paket khusus untuk segmen ekonomi tertentu.
Transparansi dalam polis asuransi juga menjadi kunci. Setiap detail mengenai co-payment, termasuk besaran dan pengecualian, harus dijelaskan secara sangat jelas dan mudah dipahami oleh calon peserta. Ini untuk menghindari keluhan atau protes di kemudian hari karena merasa dijebak oleh ketentuan yang tidak dimengerti.
Perbandingan dengan Sistem Lain
Di beberapa negara maju, co-payment memang sudah menjadi bagian dari sistem asuransi kesehatan. Namun, seringkali diimbangi dengan jaring pengaman sosial yang kuat, seperti batas maksimal pengeluaran pribadi (out-of-pocket maximum) per tahun, atau subsidi pemerintah untuk kelompok rentan. Hal ini untuk memastikan bahwa co-payment tidak menjadi beban tak tertahankan bagi individu atau keluarga.
Penting bagi Indonesia untuk belajar dari pengalaman negara lain. Penerapan co-payment harus diiringi dengan kebijakan yang kuat untuk melindungi masyarakat kecil dari dampak negatif yang mungkin timbul. Kesehatan adalah hak dasar, dan tidak boleh terhalang hanya karena biaya tambahan yang memberatkan.