Selain itu, co-payment juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran biaya pada diri peserta asuransi. Ketika peserta ikut menanggung sebagian biaya, mereka akan lebih memahami nilai sebenarnya dari pelayanan medis dan diharapkan lebih bertanggung jawab dalam pemanfaatannya. Ini bisa menciptakan ekosistem asuransi yang lebih seimbang antara penyedia layanan, perusahaan asuransi, dan peserta.
Sisi Lain Co-Payment: Beban bagi Rakyat Kecil
Namun, di balik harapan positif tersebut, ada kekhawatiran besar, terutama di kalangan masyarakat kecil atau berpenghasilan rendah. Bagi mereka, 10 persen dari total klaim, meskipun terdengar kecil, bisa menjadi beban yang sangat berarti.
Mari kita bayangkan skenario sederhana. Seorang pekerja harian dengan penghasilan pas-pasan, yang sudah susah payah menyisihkan uang untuk membayar premi asuransi kesehatan, tiba-tiba harus dirawat inap karena sakit. Katakanlah total biaya perawatannya mencapai Rp5 juta. Dengan ketentuan co-payment 10 persen, dia harus mengeluarkan Rp500.000 dari kantongnya sendiri. Jumlah ini mungkin tidak seberapa bagi sebagian orang, tapi bagi pekerja harian, Rp500.000 bisa jadi setara dengan upah seminggu atau bahkan lebih.
Situasi akan menjadi lebih rumit jika yang sakit adalah anak atau anggota keluarga lain, dan membutuhkan perawatan berulang atau obat-obatan jangka panjang. Co-payment yang kecil namun terus-menerus bisa menumpuk dan menjadi beban finansial yang signifikan.
Mengancam Akses Pelayanan Medis
Dampak paling mengkhawatirkan dari kewajiban co-payment ini adalah potensi penurunan akses masyarakat kecil terhadap pelayanan medis. Jika mereka merasa tidak mampu membayar co-payment, ada kemungkinan mereka akan menunda atau bahkan mengurungkan niat untuk berobat.
Menunda pengobatan, terutama untuk penyakit yang serius, bisa berakibat fatal. Kondisi kesehatan bisa memburuk, memerlukan tindakan yang lebih invasif dan tentu saja, lebih mahal di kemudian hari. Ini bisa menciptakan lingkaran setan: takut bayar co-payment, sakit memburuk, biaya pengobatan makin besar, makin tak mampu bayar.
Ironisnya, asuransi kesehatan yang seharusnya menjadi penolong, justru berpotensi menjadi penghalang karena adanya biaya tambahan yang harus ditanggung di muka. Ini menempatkan masyarakat kecil pada dilema yang sulit: antara menjaga kesehatan atau menjaga stabilitas keuangan keluarga.
Dampak pada Pilihan Layanan Kesehatan
Kewajiban co-payment juga bisa memengaruhi pilihan masyarakat terhadap layanan kesehatan. Mereka mungkin cenderung memilih fasilitas kesehatan yang lebih murah, meskipun kualitasnya mungkin tidak setara, hanya untuk menekan biaya co-payment. Atau, mereka mungkin akan mencari alternatif pengobatan non-medis yang belum tentu efektif dan aman.