Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Takbiran Keliling: Antara Syiar, Tradisi, dan Gangguan, Bagaimana Menyeimbangkannya?

30 Maret 2025   13:56 Diperbarui: 30 Maret 2025   13:56 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gangguan ketertiban yang seringkali timbul dari tradisi takbiran keliling menjadi perhatian serius bagi banyak pihak. Kemacetan lalu lintas yang parah, terutama di pusat-pusat kota dan jalan-jalan utama, menjadi keluhan umum. Konvoi kendaraan yang panjang dan tidak teratur, seringkali dengan penggunaan kendaraan bak terbuka yang tidak aman, memperparah kondisi ini. 

Lalu, kebisingan yang dihasilkan dari penggunaan pengeras suara yang berlebihan, petasan, dan teriakan-teriakan, mengganggu ketenangan warga, terutama di malam hari yang seharusnya menjadi waktu istirahat. Potensi perilaku negatif seperti kebut-kebutan, balapan liar, dan penggunaan petasan yang membahayakan juga menjadi ancaman serius bagi keamanan dan keselamatan masyarakat.

Lebih lanjut, takbiran keliling juga berpotensi menimbulkan konflik antar kelompok atau warga, terutama jika ada perbedaan pandangan atau gesekan antar wilayah. Aksi-aksi provokatif, saling ejek, atau bahkan tawuran dapat terjadi, merusak suasana khidmat dan kebersamaan Idul Fitri. 

Selanjutnya, tradisi ini juga seringkali meninggalkan masalah sampah yang menumpuk di jalan-jalan, akibat kurangnya kesadaran akan kebersihan lingkungan. Kerusakan fasilitas umum, seperti taman atau rambu lalu lintas, juga tidak jarang terjadi akibat perilaku tidak bertanggung jawab dari peserta takbiran keliling. Semua gangguan ini tentu saja mengurangi esensi dari malam takbiran itu sendiri.

Oleh karena itu, perlu adanya upaya serius dari berbagai pihak untuk menyeimbangkan antara nilai-nilai syiar, tradisi, dan ketertiban masyarakat. Regulasi yang jelas dan tegas dari pemerintah, edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat, serta kerjasama antara tokoh agama, masyarakat, dan aparat keamanan, menjadi kunci penting dalam mengatasi masalah ini. 

Mencari alternatif kegiatan yang lebih positif, seperti takbiran di masjid dengan acara yang menarik dan edukatif, juga perlu dipertimbangkan. Dengan demikian, diharapkan tradisi takbiran keliling dapat tetap dilaksanakan dengan baik, tanpa mengganggu ketertiban dan kenyamanan masyarakat.

Upaya Menyeimbangkan

Upaya menyeimbangkan antara syiar, tradisi, dan ketertiban dalam takbiran keliling memerlukan pendekatan komprehensif. Regulasi yang jelas dari pemerintah menjadi langkah awal penting, mencakup penetapan rute, batasan waktu, dan aturan penggunaan pengeras suara. 

Edukasi masyarakat mengenai esensi takbiran dan dampaknya juga krusial, menekankan takbiran sebagai bentuk ibadah dan syukur, bukan sekadar hura-hura. Kerjasama antara pemerintah, tokoh agama, dan masyarakat menjadi kunci, melibatkan partisipasi aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan takbiran yang tertib dan aman.

Alternatif kegiatan yang lebih positif perlu digalakkan, seperti takbiran di masjid dengan acara yang menarik dan edukatif. Masjid dapat menjadi pusat kegiatan takbiran yang meriah namun tetap khidmat, dengan berbagai kegiatan seperti lomba takbir, ceramah, dan pembagian hadiah. Kegiatan ini dapat menarik minat masyarakat, terutama generasi muda, untuk merayakan takbiran dengan cara yang lebih bermakna. 

Kemudian, pemanfaatan media sosial untuk syiar takbiran yang positif juga dapat menjadi alternatif yang efektif. Konten kreatif seperti video takbir, animasi, dan infografis dapat menyebarkan pesan takbiran dengan cara yang menarik dan mudah diterima oleh masyarakat luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun