Mohon tunggu...
Jessica Febriani Pesiwarissa
Jessica Febriani Pesiwarissa Mohon Tunggu... Mahasiswa

Jessica Febriani Pesiwarissa - 41521010098 - Teknik Informatika - Universitas Mercu Buana - Prof Dr Apollo, M.Si.Ak,CA,CIBV,CIBV, CIBG - Pendidikan anti korupsi dan etik UMB

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aplikasi Pemikiran (a) Panopticon Jeremy Bentham, (b) Kejahatan Struktural Giddens Anthony

31 Mei 2023   20:28 Diperbarui: 31 Mei 2023   20:42 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

  • Panopticon Jeremy Bentham

Panopticon adalah sebuah konsep penjara atau institusi pengawasan yang dirancang oleh filsuf dan juru rancang Jeremy Bentham pada akhir abad ke-18. Konsep Panopticon pertama kali dijelaskan dalam karya Bentham yang berjudul "Pengawasan Panoptik" (Panopticon, or The Inspection -- House) yang diterbitkan pada tahun 1791. Ide utama di balik Panopticon adalah menciptakan bentuk sistem pengawasan yang efektif dan efisien dengan menghasilkan kontrol dan pengawasan yang konstan terhadap tahanan atau individu yang di pantau.

Istilah "Panopticon" berasal dari kata Yunani "panoptes" yang berarti "melihat semua". Secara lebih luas, istilah "Panopticon" digunakan untuk menggambarkan situasi dimana individu-individu atau kelompok-kelompok berada dalam kondisi pengawasan yang konstan atau potensial. Istilah ini juga sering digunakan dalam konteks teori sosial dan politik untuk membahas kekuasaan, kontrol, privasi, dan kebebasan dalam masyarakat modern.

Pada desain arsitektur Panopticon yang terdiri dari sebuah bangunan berbentuk cincin dengan sel-sel penjara yang menghadap ke arah pusat. Di tengah bangunan terdapat menara pengawas yang memungkinkan pengawas atau penjaga untuk memantau seluruh area yang mudah. Sel-sel penjara diatur secara teratur dan memiliki jendela di bagian depan yang menghadap ke pusat, sedangkan penjara itu sendiri tidak dapat dilihat dari luar. Ide di balik desain ini adalah menciptakan rasa ketidakpastian di antara para tahanan, karena mereka tidak pernah tahu apakah sedang diamati atau tidak.

Ciri khas dari Panopticon adalah adanya pusat pengawasan yang terpusat, biasanya berupa menara atau struktur tinggi di tengah bangunan. Dari menara ini, seorang penjaga atau pengawas dapat memiliki pandangan yang meliputi seluruh area pengawasan. Sebaliknya, individu yang dipantau berada dalam sel atau ruangan yang menghadap ke pusat pengawasan.

Bentham menganggap Panopticon sebagai metode yang efektif untuk mengontrol tahanan dan individu dalam berbagai institusi seperti penjara, rumah sakit jiwa, atau sekolah. Konsep ini tetap berperan sebagai metafora untuk mendiskusikan dan menganalisis kekuasaan, pengawasan, dan kontrol dalam masyarakat modern. Panopticon telah mempengaruhi pemikiran sosial, politik, dan teori budaya sepanjang sejarah modernitas.

Dalam pemikiran sosial dan kajian budaya, Panopticon telah digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan pengawasan, kontrol sosial, dan efek psikologis yang timbul dari perasaan terus menerus. Konsep ini memicu tentang etika, kebebasan individu, dan implikasi penggunaan teknologi dalam masyarakat kontemporer.

Konsep Panopticon didasarkan pada prinsip pengawasan yang konstan dan potensial. Individu yang berada di dalam lingkungan Panopticon merasa bahwa mereka selalu di pantau, meskipun tidak ada jaminan bahwa pengawasan selalu berlangsung pada setiap saat. Rasa takut dan ketidakpastian ini menciptakan efek psikologis yang mendorong individu untuk mematuhi aturan dan norma yang diharapkan, bahkan ketika mereka sebenarnya tidak diamati.  

Meskipun Bentham telah merancang desain arsitektur Panopticon secara rinci, tidak ada Panopticon yang sepenuhnya dibangun selama masa hidupnya. Namun, ide Panopticon memberikan pengaruh yang signifikan dalam pemikiran sosial, politik, dan kriminologi. Konsep ini telah diterapkan dalam berbagai konteks, seperti penjara, institusi pendidikan, pabrik, dan bahkan dalam bentuk pengawasan digital di era modern.

Kontribusi Jeremy Bentham dalam pengembangan konsep Panopticon berasal dari keyakinannya terhadap reformasi sosial dan keinginannya untuk meningkatkan sistem hukum dan sistem pengawasan yang ada pada zamannya. Berikut adalah beberapa alasan yang mungkin mendorong Bentham untuk mengembangkan Panopticon :

1. Reformasi penjara

Pada masa itu, kondisi di penjara sering kali sangat buruk, dengan kekurangan pengawasan yang memungkinkan terjadinya kekerasan, kejahatan di dalam penjara, dan pelanggaran hak asasi manusia. Bentham melihat kebutuhan akan sistem pengawasan yang lebih efektif untuk mencegah kejahatan dan meningkatkan kondisi di penjara.

2. Prinsip utilitarianisme  

Bentham adalah seorang utilitarianis yang mengadvokasi tindakan yang menghasilkan kebahagiaan terbesar bagi jumlah orang yang terlibat. Dalam pandangannya, Panopticon adalah cara untuk mencapai efisiensi dan efektivitas dalam sistem pengawasan penjara, yang diharapkan dapat mengurangi tingkat kejahatan dan memberikan kebahagiaan yang lebih besar bagi masyarakat secara menyeluruh.

3. Kontrol sosial

Bentham percaya bahwa sistem pengawasan yang efektif akan membantu mengendalikan perilaku individu dan mencegah pelanggaran hukum. Dengan menerapkan konsep Panopticon, Bentham berharap dapat menciptakan kontrol sosial yang kuat untuk mempromosikan perilaku yang diharapkan dalam masyarakat.

4. Pembaruan sistem hukum

Bentham tertarik pada pembaruan sistem hukum dan mempertimbangkan Panopticon sebagai salah satu cara untuk meningkatkan sistem pengawasan di dalam institusi sebagai penjara. Dia berharap bahwa konsep ini dapat membantu mengubah sistem hukum menjadi lebih adil dan efektif.

Tujuan Panopticon Jeremy Bentham

Secara keseluruhan, tujuan utama Jeremy Bentham dalam mengembangkan Panopticon adalah untuk memperbaiki sistem pengawasan yang ada dan mendorong reformasi sosial melalui penerapan prinsip utiitarianisme dan kontrol sosial yang lebih efektif. Berikut ini adalah beberapa tujuan utama dari Panopticon :

1. Pengawasan yang efisien

Panopticon dirancang untuk mencapai pengawasan yang efisien terhadap individu atau kelompok yang dipantau. Dalam desainnya, seorang penjaga atau pengawas dapat memantau banyak tahanan atau individu dari satu tempat sentral. Dengan demikian, Panopticon bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan mengurangi jumlah penjaga yang diperlukan untuk melakukan pengawasan.

2. Menciptakan rasa takut dan kendali

Konsep Panopticon juga bertujuan untuk menciptakan rasa takut dan kendali pada individu yang dipantau. Dalam suasana Panopticon, individu tidak tau kapan mereka diamati atau tidak. Rasa ketidakpastian ini dapat mempengaruhi perilaku mereka, mendorong mereka untuk mematuhi aturan dan norma yang diharapkan.

3. Pemulihan dan perbaikan perilaku

Penopticon dirancang dengan tujuan memulihkan dan memperbaiki perilaku individu yang dipantau. Dengan adanya pengawasan yang konstan dan potensial, individu dapat merasa terdorong untuk memperbaiki diri mereka sendiri demi menghindari hukuman atau sanksi. Dalam konteks penjara, tujuan ini sering terkait dengan rehabilitasi dan reintegrasi sosial.

4. Pencegahan kejahatan

Panopticon bertujuan untuk mencegah kejahatan melalui pengawasan yang terus menerus. Dengan adanya pengawasan yang konsisten, individu dapat merasa terpantau dan menghindari tindakan melanggar hukum untuk menghindari konsekuensinya. Tujuan ini bertujuan untuk menciptakan efek jera dan mendorong individu untuk mematuhi aturan dan norma sosial.

5. Keamanan dan kontrol

Tujuan lainnya Panopticon adalah menciptakan lingkungan yang aman dan terkendali. Melalui pengawasan yang efektif, Panopticon bertujuan untuk mengendalikan dan meminimalkan risiko atau kejadian yang merugikan dalam institusi atau lingkungan yang di pantau.

Tujuan dan implementasi Panopticon telah dikritik dan diperdebatkan secara luas, terutama dalam hal privasi, kebebasan individu, dan etika pengawasan. Meskipun demikian, konsep Panopticon telah menjadi subjek kajian dan analisis dalam bidang sosial, politik, dan budaya.

Dasar pemikiran Panopticon melalui beberapa prinsip utama yang melandasi konsep ini. Berikut adalah dasar-dasar pemikiran Panopticon :

  • Pengawasan terus menerus : Konsep Panopticon didasarkan pada ide bahwa pengawasan yang terus menerus dapat mempengaruhi perilaku individu. Dalam struktur Panopticon, individu-individu dipantau secara konstan dan potensial, sehingga mereka merasa terawasi setiap saat. Rasa ketidakpastian ini menciptakan kontrol sosial yang efektif, mengarah pada penyesuaian perilaku yang diharapkan.
  • Perasaan terpantau : Panopticon mengandalkan perasaan terpantau sebagai salah satu mekanisme utama pengendalian sosial. Individu-individu yang berada dalam lingkungan Panopticon merasa seperti mereka selalu dipantau, bahkan jika penjaga tidak selalu memantau setiap saat. Perasaan terpantau ini dapat mempengaruhi individu untuk mematuhi aturan dan norma, bahkan ketika mereka sebenarnya tidak diamati.
  • Struktur hierarkis : Panopticon melibatkan struktur hierarkis di mana pengawas atau penjaga berada di posisi yang lebih tinggi dan mengontrol pengawasan terhadap individu yang dipantau. Dalam desain fisik Panopticon, posisi penjaga berada di menara sentral yang memungkinkan mereka melihat seluruh area pengawasan. Struktur hierarkis ini menciptakan hubungan kuasa dan kendali yang melekat dalam konsep Panopticon.
  • Disiplin dan penyesuaian perilaku : Konsep Panopticon juga melibatkan disiplin dan penyesuaian perilaku. Melalui pengawasan yang konstan dan rasa takut akan pemantauan, individu dipaksa untuk mengontrol dan mengubah perilaku sesuai dengan norma dan aturan yang ditetapkan.
  • Kekuasaan dan kontrol sosial : Panopticon menggambarkan dinamika kekuasaan dan kontrol sosial dalam masyarakat. Konsep ini menyoroti bagaimana pengawasan dapat digunakan sebagai alat untuk mengendalikan individu dan memperkuat hierarki sosial. Panopticon mencerminkan hubungan kuasa dan pengaruh yang terjadi antara mereka yang mengawasi dan mereka yang dipantau.

Jeremy Bentham berhasil merancang dan mengembangkan konsep Panopticon secara teoritis, tetapi implementasi fisiknya tidak pernah terwujud sepenuhnya. Bentham tidak pernah berhasil membangun sebuah Panopticon yang sesuai dengan rancangannya. Oleh karena itu, tidak ada kasus Panopticon secara konkret yang dapat dikaitkan langsung dengan Jeremy Bentham.

Namun, konsep Panopticon yang dikembangkan oleh Bentham tetap menjadi subjek diskusi dan analisis dalam berbagai konteks, termasuk dalam kajian sosial, politik, dan budaya. Banyak ahli dan pemikir telah menerapkan konsep Panopticon untuk membahas isu-isu kekuasaan, pengawasan, privasi, dan kebebasan dalam masyarakat modern. Misalnya, Michel Foucault, seorang filsuf dan sejarawan, mengadopsi konsep Panopticon dalam karyanya untuk menggambarkan dinamika pengawasan dan kontrol sosial dalam masyarakat.

Dalam konteks yang lebih luas, beberapa kasus nyata mungkin mencerminkan prinsip-prinsip yang ada dalam konsep Panopticon. Misalnya, penggunaan kamera pengawasan di tempat umum atau penggunaan teknologi pengawasan dalam surveilans massal. Namun, penting bahwa Panopticon dalam bentuk yang sepenuhnya direalisasikan oleh Bentham tidak ada dalam implementasi praktis yang konkret.

Aspek keamanan dan efisiensi adalah dua komponen penting dalam konteks pengawasan Panopticon.

- Keamanan

Panopticon dirancang untuk meningkatkan keamanan dalam berbagai konteks, seperti penjara, institusi pendidikan, atau pabrik. Dengan pengawasan yang konstan dan tak terlihat, Panopticon menciptakan rasa waspada dan ketidakpastian di antara individu-individu yang diamati.

Hal ini mendorong mereka untuk berperilaku dengan lebih berhati-hati, menghindari pelanggaran atau kejahatan yang dapat menimbulkan konsekuensi negatif. Keberadaan pengintai di menara pusat Panopticon juga memberikan potensi untuk merespons secara cepat terhadap situasi darurat atau tindakan melawan hukum

- Efisiensi

Salah satu tujuan Panopticon adalah mencapai efisiensi dalam pengawasan dan pengelolaan. Dalam sistem Panopticon, satu pengintai di menara pusat dapat mengawasi banyak individu atau area, mengurangi jumlah pengawas yang diperlukan. Dalam lembaga seperti penjara, misalnya ini dapat mengurangi biaya operasional dan sumber daya manusia yang diperlukan untuk menjaga keamanan dan pengawasan. Efisiensi ini juga berlaku untuk institusi pendidikan atau pabrik, di mana pengawasan terpusat dapat membantu mengawasi dan mengatur banyak individu secara efisien

Berikut beberapa kasus dari konsep Panopticon :

- CCTV dan pengawasan elektronik

Penerapan sistem CCTV (Closed Circuit Television) dan pengawasan elektronik di berbagai tempat umum seperti pusat perbelanjaan, bandara, stasiun kereta api, atau area publik lainnya dapat dianggap sebagai kasus Panopticon. Sistem ini memungkinkan pengawas untuk memantau aktivitas orang-orang dalam area tersebut tanpa sepengetahuan mereka dapat menciptakan rasa takut dan perasaan terpantau.

- Penggunaan media sosial dan jejaring sosial

Dalam era digital pada zaman ini, media sosial dan jejaring sosial seperti Facebook, Instagram, atau Twitter dapat digambarkan sebagai bentuk Panopticon virtual. Individu secara sukarela membagikan informasi pribadi tanpa memikirkannya, memposting aktivitas sehari-hari, dan mengikuti aturan dan norma yang ditetapkan oleh masyarakat online atau daring. Mereka merasa terpantau oleh teman-teman atau pengikut mereka dan menciptakan perasaan takut melanggar ekspektasi sosial.

- Tempat kerja modern

Beberapa tempat kerja menggunakan konsep Panopticon dalam struktur dan dinamika organisasinya. Misalnya, desain kantor dengan ruang terbuka, tanpa partisi antara meja karyawan, memungkinkan pengawas atau manager untuk memiliki pandangan yang luas terhadap aktivitas karyawan. Selain itu, sistem pemantauan elektronik, seperti perekaman telepon atau pemantauan aktivitas komputer juga dapat menciptakan perasaan terpantau di tempat kerja.

Dalam semua kasus di atas, terdapat elemen-elemen yang mencerminkan pemikiran data Panopticon, seperti pengawasan terpusat, perasaan terpantau, dan kepatuhan.

  • Kejahatan Structural Giddens Anthony

Anthony Giddens adalah seorang sosiolog terkenal yang banyak berkontribusi dalam bidang teori sosial yang mempengaruhi perilaku , termasuk teori struktural. Dalam pemikirannya, Giddens mengembangkan konsep kejahatan struktural sebagai konsep yang mencakup tindakan kriminal yang timbul dari ketidaksetaraan struktural dalam masyarakat.

Menurut Giddens, kejahatan struktural bukanlah tindakan kriminal individual yang dilakukan oleh pelaku tunggal, tetapi lebih merupakan hasil dari ketidakadilan struktural yang ada dalam masyarakat. Ia berpendapat bahwa ketidaksetaraan sosial dan ekonomi yang melekat dalam struktur masyarakat dapat menciptakan kondisi yang mempengaruhi individu dan mendorong mereka untuk terlibat dalam kegiatan kriminal.

Giddens juga berpendapat bahwa kejahatan struktural dapat terjadi dalam skala yang lebih besar, seperti sistem ketidakadilan sosial atau politik yang menyebabkan kesenjangan sosial yang signifikan. Misalnya, sistem ketidakadilan yang mengakibatkan kemiskinan massal, pengangguran struktural, atau diskriminasi sistematis terhadap kelompok tertentu. Contoh-contoh kejahatan struktural termasuk ketidakadilan dalam sistem ekonomi, ketimpangan sosial, diskriminasi rasial, sistem hukum yang tidak adil, dan ketidakadilan gender.

Dalam pandangan Giddens, penyelesaian masalah kejahatan struktural memerlukan perubahan dalam struktur sosial dan ekonomi yang mendasar. Hal ini melibatkan upaya untuk mengatasi ketimpangan kekuasaan dan distribusi sumber daya, serta memperbaiki sistem-sistem yang memungkinkan terjadinya kejahatan struktural. Giddens menekankan pentingnya memperbaiki ketidakadilan struktural melalui perubahan kebijakan sosial, pembangunan ekonomi yang inklusif, dan perlindungan hukum yang lebih efektif untuk mengurangi motivasi individu untuk terlibat dalam kejahatan.

Namun, penting bahwa konsep kejahatan struktural Giddens ini merupakan salah satu dari berbagai pendekatan dalam kriminologi dan terdapat perdebatan mengenai relevansi dan penerapan konsep tersebut dalam analisis kejahatan dan pemahaman sosial secara umum.

Anthony Giddens mengidentifikasi beberapa alasan mengapa kejahatan struktural dapat terjadi dalam masyarakat. Ada beberapa alasan yang dikemukakan, diantaranya :

- Ketidak setaraan  dan ketidakadilan struktural

Giddens berpendapat bahwa sering kali terkait dengan masalah ketidak setaraan sosial dan ekonomi yang melekat dalam struktur masyarakat dapat menciptakan kondisi yang mempengaruhi individu dan mendorong mereka untuk terlibat dalam kejahatan. Melalui pemahaman yang mendalam tentang ketidakadilan struktural seperti kesenjangan pendapatan yang besar, kita dapat mengidentifikasi pola dan dinamika sosial yang memperkuat ketidak setaraan, kesenjangan akses terhadap sumber daya dan kesempatan, serta sistem sosial yang tidak adil dapat memicu motivasi individu untuk melakukan kejahatan, sehingga dapat diupayakan solusi yang lebih efektif untuk mengurangi kesenjangan sosial dan ketidakadilan.

- Ketidakterpenuhian kebutuhan dasar

Giddens juga menyoroti bahwa kejahatan struktural dapat muncul akibat ketidak terpenuhi kebutuhan dasar individu. Jika individu tidak memiliki akses yang memadai terhadap pendidikan, pekerjaan yang layak, perumahan yang layak, atau sistem kesehatan yang memadai, mereka mungkin cenderung mencari cara-cara ilegal untuk memenuhi kebutuhan mereka.

- Norma dan Nilai sosial yang tidak konsisten

Giddens menekankan bahwa kejahatan struktural dapat dipengaruhi oleh ketidak konsisten antara norma dan nilai-nilai sosial yang di anut oleh masyarakat dengan struktur sosial yang ada. Jika terdapat kesenjangan antara apa yang diharapkan oleh masyarakat dan apa yang mungkin di capai oleh individu secara realistis, individu dapat merasa terpinggirkan dan mungkin terdorong untuk melanggar norma dan nilai-nilai sosial yang ada.

- Kelemahan sistem hukum dan pengawasan

Giddens menyoroti bahwa kejahatan struktural dapat terjadi ketika sistem hukum dan pengawasan tidak efektif dalam mencegah pelanggaran oleh perusahaan atau institusi. Ketika perusahaan atau individu merasa bahwa risiko dan sanksi hukum yang dihadapi rendah, mereka mungkin cenderung melanggar hukum untuk keuntungan pribadi atau keuntungan perusahaan.

Pemahaman Giddens tentang kejahatan struktural menekankan pentingnya melihat masalah kejahatan sebagai akibat dari kondisi struktural yang ada dalam masyarakat. Dalam pandangannya, penyelesaian masalah kejahatan struktural memerlukan perubahan dalam struktur sosial, ekonomi, dan hukum yang mendasar.

Menurut Giddens, kejahatan struktural merupakan konsekuensi dari ketidak setaraan dan ketidakadilan dalam struktur sosial yang ada. Kejahatan struktural tidak hanya melibatkan tindakan individu yang jahat, tetapi juga dipengaruhi oleh sistem, institusi, dan kondisi sosial yang menciptakan kesempatan dan insentif untuk melakukan kejahatan.

Giddens berpendapat bahwa kejahatan struktural dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk kejahatan korporasi, kejahatan lingkungan, dan kejahatan ekonomi. Contoh simplenya adalah praktik bisnis yang merusak lingkungan, penyalahgunaan kekuasaan oleh perusahaan besar, atau manipulasi pasar keuangan. Ada beberapa kasus yang dapat dihubungkan dengan masalah struktural dalam konteks kejahatan :

- Kejahatan ekonomi dan keuangan

Misalnya, perbankan yang melibatkan praktik penipuan atau manipulasi pasar keuangan, di mana institusi keuangan atau individu menggunakan posisi mereka untuk mendapatkan keuntungan secara ilegal atau menipu investor

- Kejahatan lingkungan

Kasus ini melibatkan tindakan yang merusak lingkungan atau melanggar regulasi lingkungan. Contohnya adalah pembuangan limbah yang berbahaya secara ilegal, pencemaran air atau udara, atau eksploitasi sumber daya alam yang tidak berkelanjutan.

- Kejahatan korporasi

Ini melibatkan tindakan ilegal atau tidak etis oleh perusahaan atau institusi yang merugikan masyarakat atau konsumen. Misalnya, pelanggaran keselamatan produk, monopoli bisnis, praktik ketenagakerjaan yang ekspoitatif, atau pelanggaran hak asasi manusia dalam rantai pasokan.

- Kejahatan struktural dalam sektor sosial

Ini merujuk pada tindakan kriminal atau tidak adil yang terjadi dalam struktur sosial yang lebih luas, seperti diskriminasi sistematis terhadap kelompok tertentu, ketidaksetaraan dalam sistem keadilan pidana, atau ketidakadilan sosial yang mengarah pada kemiskinan dan ketidaksetaraan sosial yang tinggi.

Pendekatan Giddens terhadap kejahatan struktural menggaris bawahi perlunya menganalisis faktor-faktor struktural yang memungkinkan terjadinya kejahatan. Giddens menekankan pentingnya memahami peran institusi, kekuasaan, dan pola hubungan sosial dalam menciptakan dan mempertahankan ketidak setaraan yang dapat mengarah pada kejahatan.

Giddens tidak secara khusus memberikan contoh kasus kejahatan struktural yang spesifik dalam karyanya. Konsepnya lebih bersifat teoritis dan dapat diterapkan dalam berbagai konteks dan kasus kejahatan struktural yang berbeda.

Penerapan konsep kejahatan struktural menurut Anthony Giddens melibatkan analisis dan tindakan dalam menghadapi masalah kejahatan yang berasal dari faktor faktor struktural dalam masyarakat. Berikut ini adalah beberapa cara penerapan konsep kejahatan struktural Giddens Anthony :

1. Analisis struktur sosial

Penerapan konsep kejahatan struktural dimulai dengan analisis menyeluruh terhadap struktur sosial yang ada dalam masyarakat. Ini melibatkan identifikasi faktor-faktor struktural yang mempengarui terjadinya kejahatan, seperti ketidaksetaraan ekonomi, ketidakadilan sosial, atau korupsi institusional. Dengan memahami dan mengidentifikasi struktur sosial yang rentan terhadap kejahatan, langkah langkah dapat diambil untuk mengubah atau memperbaiki struktur tersebut.

2. Pencegahan dan Intervensi

Penerapan konsep kejahatan struktural melibatkan upaya pencegahan dan intervensi yang bertujuan untuk mengurangi kesempatan dan insentif untuk melakukan kejahatan. Ini dapat mencakup tindakan seperti perbaikan sistem peradilan pidana yang adil, pengawasan ketat terhadap korporasi, kebijakan penegakan hukum yang transparan, dan perlindungan lingkungan yang lebih baik. Tujuannya adalah mengubah struktur sosial yang memfasilitasi terjadinya kejahatan.

3. Perubahan kebijakan publik

Penerapan konsep kejahatan struktural juga melibatkan advokasi dan perubahan kebijakan publik yang bertujuan untuk mengatasi ketidak setaraan dan ketidakadilan dalam masyarakat. Hal ini dapat mencakup langkah-langkah seperti perbaikan sistem pendidikan untuk mendorong kesetaraan akses dan kesempatan, perbaikan kondisi kerja dan perlindungan pekerja, atau pembangunan sosial yang berkelanjutan. Penerapan kebijakan yang adil dan inklusif dapat membantu mengurangi kemungkinan terjadinya kejahatan struktural.

4. Kesadaran dan partisipasi masyarakat

Penerapan konsep kejahatan struktural juga melibatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam memahami dan mengatasi masalah kejahatan. Melalui pendidikan dan peningkatan kesadaran, masyarakat dapat mengenali dampak negatif dari kejahatan struktural dan berperan aktif dalam mengatasi masalah tersebut. Partisipasi masyarakat dalam kebijakan dan program pencegahan kejahatan dapat memperkuat upaya dalam mengubah struktur sosial yang memungkinkan kejahatan.

Penerapan konsep Panopticon Jeremy Bentham dapat terjadi dalam berbagai konteks dan bidang. Meskipun Panopticon dalam bentuk fisik yang diusulkan Bentham sebagai model penjara belum banyak direalisasikan, konsepnya tetap relevan dalam beberapa aspek kehidupan modern. Berikut ini adalah beberapa contoh penerapan konsep Panopticon :

- Sistem pengawasan dan keamanan

Konsep Panopticon dapat diterapkan dalam sistem pengawasan dan keamanan seperti penjara, pusat rehabilitasi, atau pusat detensi. Desain fisik penjara yang mengadopsi prinsip Panopticon akan menciptakan rasa pemantauan yang konstan dan membuat nara pidana merasa selalu diawasi. Hal ini dapat berdampak pada perilaku nara pidana dan diharapkan yang mendorong mereka untuk mematuhi aturan dan tunduk pada peraturan yang ditetapkan

- Organisasi dan tempat kerja

Konsep Panopticon dapat diterapkan dalam organisasi dan tempat kerja untuk meningkatkan pengawasan dan kedisiplinan. Misalnya, sistem pemantauan CCTV di tempat kerja dapat memberikan kesan bahwa setiap individu selalu diawasi, sehingga mendorong ketaatan terhadap aturan dan prosedur kerja. Hal ini dapat membentuk lingkungan kerja yang lebih teroganisir dan mengurangi potensi pelanggaran.

- Pengawasan dan keamanan publik

Konsep Panopticon dapat diterapkan dalam pengawasan dan keamanan publik seperti pemantauan lalu lintas, kamera pengawas di ruang publik, atau pemantauan online. Dengan adanya pemantauan yang terus menerus ini, diharapkan masyarakat akan lebih berhati-hati dan mematuhi aturan hukum. Namun, penerapan konsep Panopticon dalam konteks ini juga harus mempertimbangkan privasi dan kebebasan individu.

- Pengawasan sosial dan media sosial

Konsep Panopticon dapat diterapkan dalam pengawasan sosial dan media sosial. Dalam era digital, individu sering kali merasa bahwa mereka selalu diawasi oleh publik melalui media sosial. Hal ini dapat mempengaruhi perilaku mereka dan menghasilkan konformitas sosial. Pengawasan dan respons publik dalam media sosial juga dapat menciptakan atmosfer sosial dimana individu merasa terus-menerus dipantau dan berpotensi mengubah perilaku mereka secara online.

Penerapan konsep Panopticon dapat memiliki dampak yang kompleks dan tergantung pada konteksnya. Dalam beberapa kasus, penerapannya dapat membawa manfaat dalam hal keamanan, disiplin, dan pengendalian sosial. Namun, perlu juga diperhatikan implikasi terkait privasi, kebebasan individu, dan potensi penyalahgunaan kekuasaan.

Penerapan konsep kejahatan strukturall Giddens Anthony melibatkan upaya dalam memahami, mengidentifikasi, dan mengatasi faktor-faktor struktural yang menciptakan dan mempertahankan kejahatan dalam masyarakat. Dengan fokus pada perubahan struktur sosial yang tidak adil, upaya ini bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil, berkeadilan, dan bebas dari kejahatan struktural.

Menurut Giddens, terjadinya kejahatan struktural disebabkan oleh faktor-faktor berikut :

- Ketimpangan sosial

Giddens berpendapat bahwa kejahatan struktural terjadi karena adanya ketimpangan sosial dalam masyarakat. Ketimpangan tersebut dapat berupa ketimpangan ekonomi, ketimpangan kekuasaan, atau ketimpangan akses terhadap sumber daya dan kesempatan. Struktur sosial yang menciptakan ketimpangan semacam itu memungkinkan kelompok atau individu tertentu untuk mendapatkan keuntungan atau kekuasaan lebih besar sementara merugikan kelompok atau individu lainnya. Contohnya, ketimpangan pendapatan yang ekstrem dapat menyebabkan kejahatan struktural seperti korupsi atau eksploitasi ekonomi.

- Struktur dan institusi sosial

Giddens menyoroti peran struktur dan institusi sosial dalam mempengaruhi kejahatan struktural. Struktur sosial, seperti sistem ekonomi, sistem politik, dan sistem hukum dapat menciptakan kesempatan, insentif, atau keterbatasan yang berkontribusi terhadap terjadinya kejahatan struktural. Institusi-institusi sosial yang korup, tidak adil, atau tidak mampu menangani ketimpangan sosial juga dapat menjadi faktor yang memicu kejahatan struktural. Contohnya, sistem hukum yang tidak adil atau korup dapat memungkinkan kejahatan korporasi atau penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak berwenang.

- Ketidakadilan dan diskriminasi

Kejahatan struktural dapat timbul dari ketidakadilan dan diskriminasi yang ada dalam struktur sosial. Misalnya, sistem yang didasarkan pada diskriminasi rasial atau gender dapat menciptakan ketidakadilan yang berkontribusi pada terjadinya kejahatan struktural seperti kekerasan dosmetik, pelecahan seksual, atau pelanggaran hak asasi manusia.

- Konteks global

Giddens mengakui bahwa dalam era globalisasi, kejahatan struktural dapat melibatkan dimensi global. Ketidakadilan sosial dan ekonomi di tingkat global, seperti ketimpangan perdagangan, ekspoitasi sumber daya, atau sistem utang yang merugikan negara-negara berkembang, dapat menyebabkan kejahatan struktural. Giddens menganggap bahwa hubungan antara negara-negara dan dinamika ekonomi global memainkan peran penting dalam membentuk kondisi sosial yang memungkinkan terjadinya kejahatan struktural. Misalnya, perusahaan multinasional yang melakukan ekspoitasi sumber daya alam atau tenaga kerja di negara-negara berkembang dapat menjadi contoh kejahatan struktural dalam konteks global.

Dalam konsep kejahatan struktural menurut Giddens, Kejahatan struktural terjadi karena adanya ketidakadilan sosial yang dihasilkan oleh struktur dan institusi sosial. Untuk mencegah atau mengurangi kejahatan struktural, Giddens berpendapat bahwa perlu dilakukan perubahan dalam struktur sosial dan institusi masyarakat. Hal ini melibatkan upaya untuk mengatasi ketimpangan sosial, mengubah sistem-sistem yang mendukung kejahatan struktural, dan mempromosikan keadilan sosial di tingkat lokal maupun global.

Konsep kejahatan struktural menurut Anthony Giddens adalah penting karena membantu kita memahami bahwa kejahatan tidak hanya berkaitan dengan tindakan individu, tetapi juga terkait dengan struktur sosial yang menciptakan ketidak setaraan yang ada dalam masyarakat. Dalam menjelaskan bagaimana kejahatan struktural terjadi, Giddens menyoroti beberapa aspek penting. Berikut adalah beberapa alasan mengapa konsep ini penting :

1. Analisis yang lebih komprehensif : dengan memperhatikan aspek struktural kejahatan, kita dapat melihat bahwa kejahatan bukanlah semata-mata disebabkan oleh individu yang jahat, tetapi juga dipengaruhi oleh sistem sosial yang ada. Ini memberikan yang lebih holistik tentang fenomena kejahatan, membantu menghindari kesalahan dalam menyalahkan individu secara eksklusif.

2. Ketidak setaraan dan ketidakadilan : kejahatan struktural sering kali terkait dengan masalah ketidak setaraan dan ketidakadilan sosial. Melalui pemahaman yang mendalam tentang kejahatan struktural, kita dapat mengidentifikasi pola dan dinamika sosial yang memperkuat ketidak setaraan, sehingga dapat diupayakan solusi yang lebih efektif untuk mengurangi kesenjangan sosial dan ketidakadilan

3. Pencegahan yang lebih efektif : dengan menangani akar permasalahan struktural yang berkontribusi terhadap kejahatan, kita dapat mencegah terjadinya kejahatan di masa depan. Fokus pada perbaikan struktur sosial seperti pendidikan, pekerjaan, kesehatan, dan perumahan dapat membantu mengurangi faktor risiko kejahatan dan menciptakan lingkungan yang lebih aman dan adil.

4. Interaksi individu dan struktur : giddens menekankan bahwa kejahatan struktural melibatkan interaksi kompleks antara individu dan struktur sosial. Meskipun individu bertanggung jawab atas tindakan mereka, tetapi mereka juga dipengaruhi oleh faktor faktor struktural yang mempengaruhi pilihan dan perilaku mereka.

Pentingnya pemahaman tentang kejahatan struktural adalah untuk dapat mengidentifikasi faktor faktor struktural yang memicu atau memungkinkan terjadinya kejahatan. Dengan pemahaman ini, upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan dapat lebih efektif karena tidak hanya berfokus pada individu yang terlibat dalam kejahatan, tetapi juga pada perubahan struktural yang diperlukan dalam masyarakat.

Kejahatan struktural dalam pemikiran Giddens Anthony kejahatan stuktural muncul sebagai hasil dari ketidakadilan sosial yang dihasilkan oleh struktur dan institusi sosial dalam masyarakat.

Tujuan utama pemikiran Giddens tentang kejahatan struktural adalah untuk mengidentifikasi dan menjelaskan bahwa kejahatan tidak hanya terbatas pada tindakan kriminal individu, tetapi juga merupakan produk dari ketimpangan sosial yang terkait dengan struktur sosial dan institusi dalam masyarakat. Dalam hal ini, tujuan utama adalah memahami dan menganalisis sifat dan akar permasalahan kejahatan dan ketidakadilan sosial.

Dengan memahami faktor-faktor struktural yang mempengaruhi terjadinya kejahatan, Giddens mendorong untuk mengubah struktur sosial yang tidak adil, mengurangi ketimpangan sosial, dan memperbaiki sistem-sistem yang mendorong terjadinya kejahatan struktural. Tujuan lainnya adalah menciptakan masyarakat yang lebih adil dan merata dalam distribusi kekuasaan, sumber daya, dan kesempatan.

Tujuan dari kejahatan struktural menurut Anthony Giddens berkaitan dengan upaya pemahaman dan pengungkapan ketidaksetaraan, ketidakadilan, dan kerugian yang terjadi dalam struktur sosial. Berikut ini adalah beberapa tujuan dari kejahatan struktural menurut Giddens :

  • Menyoroti ketidak setaraan : salah satu tujuan utama dari konsep kejahatan struktural adalah untuk mengungkapkan dan mengkaji ketidak setaraan  yang ada dalam masyarakat. Giddens berpendapat bahwa struktur sosial sering kali menciptakan kesenjangan ekonomi, sosial, dan politik yang menguntungkan kelompok tertentu dan merugikan kelompok lainnya. Dengan memahami kejahatan struktural, kita dapat melihat bagaimana ketidaksetaraan tersebut tercipta dan dipertahankan.
  • Mempertanyakan ketidakadilan sosial : kejahatan struktural membantu menggambarkan ketidakadilan sosial yang mungkin ada dalam sistem sosial. Dalam masyarakat yang adil, kejahatan struktural tidak seharusnya terjadi. Namun, ketidakdilan dalam struktur sosial dapat mempengaruhi akses terhadap sumber daya, pemerataan kesempatan, dan perlakuan yang setara di hadapan hukum. Melalui pemahaman tentang kejahatan struktural, kita dapat menyuarakan kebutuhan kebutuhan akan perubahan untuk mencapai masyarakat yang lebih adil dan inklusif.
  • Mendorong perubahan struktural : salah satu tujuan penting dari kejahatan struktural adalah untuk mendorong perubahan dalam struktur sosial yang ada. Giddens berpendapat bahwa melalui pemahaman tentang faktor-faktor struktural yang mendorong kejahatan, kita dapat bekerja menuju masyarakat yang lebih adil dan berkeadilan.

Tujuan akhirnya adalah membangun masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan mengurangi ketimpangan yang menjadi sumber kejahatan struktural. Namun, penting bahwa tujuan-tujuan ini tergantung pada konteks spesifik dan penafsiran individu terhadap pemikiran Giddens.

Tujuan dari kejahatan struktural menurut Giddens bukanlah untuk membenarkan atau mendorong kejahatan, tetapi untuk memahami akar penyebab dan dampak dari ketidak setaraan dan ketidakadilan dalam masyarakat. Dengan pemahaman ini, kita dapat berupaya untuk memperbaiki struktur sosial yang ada dan menciptakan masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan.

Dalam pemikiran Giddens Anthony tentang kejahatan struktural, terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam upaya mengatasi kejahatan struktural. Berikut adalah beberapa tantangan :

  • Kesulitan identifikasi : kejahatan struktural sering kali sulit untuk diidentifikasi dan dikuantifikasi karena sifatnya yang tersembunyi dalam struktur dan institusi sosial. Kejahatan struktural tidak selalu terlihat secara langsung seperti kejahatan individual seperti pencurian atau  kekerasan fisik. Oleh karena itu, mengidentifikasi dan memahami kejahatan struktural memerlukan analisis mendalam terhadap faktor-faktor struktural, ketimpangan sosial, dan interaksi sosial yang kompleks.
  • Ketimpangan kekuasaan : kejahatan struktural sering kali terkait dengan ketimpangan kekuasaan dalam masyarakat. Struktur dan institusi sosial yang tidak adil cenderung memberikan keuntungan dan kontrol yang lebih besar kepada kelompok-kelompok tertentu, sementara merugikan kelompok kelompok yang lebih lemah. Menantang dan mengubah  ketimpangan kekuasaan yang ada dapat menghadapi resistensi dan tantangan dari kelompok yang mendapatkan manfaat dari struktur yang tidak adil tersebut.
  • Kompleksitas penanganan : mengatasi kejahatan struktural melibatkan perubahan dalam struktur sosial, institusi, dan kebijakan publik yang lebih luas. Tantangan utamanya adalah mengubah struktur dan institusi yang telah ada dalam masyarakat. Hal ini melibatkan kerja sama antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, lembaga hukum, sektor swasta, dan masyarakat sipil. Koordinasi yang efektif dan komitmen yang kuat diperlukan untuk menghadapi tantangan ini.
  • Keterbatasan sumber daya : mengatasi kejahatan struktural memerlukan alokasi sumber daya yang memadai. Tantangan dalam hal ini adalah keterbatasan sumber daya yang dapat dialokasikan untuk pencegahan, penanganan, dan pemulihan dari kejahatan struktural. Keterbatasan sumber daya dapat menghambat upaya pemerintah dan lembaga yang terkait untuk mengimplementasikan kebijakan dan program yang efektif.
  • Perubahan sosial dan budaya : kejahatan struktural sering kali terkait dengan norma dan nilai yang tertanam dalam masyarakat. Mengubah struktur sosial dan institusi yang mendukung kejahatan struktural memerlukan perubahan sosial dan budaya yang luas. Menghadapi resistensi terhadap perubahan sosial dan mempengaruhi pola pikir serta praktek yang telah terjadi selama bertahun-tahun dapat menjadi tantangan yang signifikan.

Menghadapi tantangan tantangan ini membutuhkan kerja sama dan komitmen dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat sipil, akademisi, dan sektor swasta. Perubahan yang berkelanjutan dalam struktur dan institusi sosial, serta redistribusi kekuasaan.

Kesimpulan dari pemikiran Panopticon oleh Jeremy Bentham dan kejahatan struktural oleh Anthony Giddens adalah bahwa keduanya memberikan wawasan yang berharga tentang kejahatan dalam masyarakat, meskipun dengan pendekatan yang berbeda.

Pemikiran tentang Panopticon oleh Jeremy Bentham dan kejahatan struktural oleh Anthony Giddens merupakan dua konsep yang berbeda dalam bidang sosial dan kriminologi, tetapi keduanya memiliki relevansi dengan pemahaman tentang kejahatan dalam masyarakat.

Terdapat beberapa titik persamaan dan relevansi antara pemikiran Panopticon dan kejahatan struktural :

- Pengawasan dan pemantauan

Konsep Panopticon menyoroti pentingnya pengawasan dan pemantauan terhadap individu sebagai sarana untuk mengendalikan perilaku. Dalam kejahatan struktural, pemahaman tentang faktor-faktor struktural dan pemantauan terhadap struktur sosial yang memungkinkan kejahatan memainkan peran penting dalam mengidentifikasi akar penyebab kejahatan

- Fokus pada struktur sosial

Sementara Panopticon berfokus pada pengawasan individu, kejahatan struktural menyoroti pentingnya memahami dan mengubah struktur sosial yang menciptakan ketidak setaraan, ketidakadilan, dan kerugian dalam masyarakat. Keduanya menekankan pentingnya mengatasi masalah pada tingkat struktural untuk mencegah kejahatan

- Perubahan sosial

Baik Panopticon maupun kejahatan struktural memiliki implikasi terhadap perubahan sosial. Panopticon menyoroti bagaimana pemantauan dan pengawasan dapat membentuk perilaku individu dan masyarakat secara luas. Kejahatan struktural mendorong perubahan pada struktur sosial yang menciptakan dan mempertahankan kejahatan, dengan tujuan menciptakan masyarakat yang lebih adil dan berkeadilan.

Pemikiran Panopticon Bentham menyoroti pentingnya pengawasan dan pemantauan terhadap individu untuk mencapai pengendalian sosial. Konsep ini menekankan kekuatan pengawasan yang dapat mempengaruhi perilaku individu dan masyarakat secara umum.

Kejahatan struktural Giddens menempatkan fokus pada pentingnya memahami faktor-faktor struktural dalam masyarakat yang berkontribusi pada terjadinya kejahatan. Giddens menekankan bahwa kejahatan tidak hanya merupakan tindakan individu, tetapi juga dipengaruhi oleh struktur sosial yang menciptakan ketidak setaraan, ketidakadilan, dan kerugian bagi kelompok tertentu.

Meskipun konsep-konsep ini berbeda dalam pendekatan dan konteksnya, ada beberapa titik persamaan yang dapat diidentifikasi. Keduanya mengakui pentingnya pemantauan, baik dalam bentuk fisik (Panopticon) maupun pemahaman terhadap faktor-faktor struktural (kejahatan struktural) dalam menghadapi masalah kejahatan. Keduanya juga mendorong perubahan sosial, baik melalui perubahan perilaku individu yang terjadi melalui pengawasan atau melalui perubahan struktur sosial yang menciptakan ketidak setaraan dan ketidakadilan.

Dengan demikian, pemikiran Panopticon dan kejahatan struktural saling melengkapi dalam memberikan wawasan tentang sifat dan penyebab kejahatan dalam masyarakat. Melalui pemahaman yang holistik dan analisis yang lebih mendalam tentang pengawasan, faktor-faktor struktural, ketidak setaraan, dan ketidakadilan, kita dapat mengembangkan strategi pencegahan kejahatan yang lebih efektif dan menciptakan masyarakat yang lebih adil dan berkeadilan.

Citasi atau Daftar Pustaka

Thoyyibah, Imadah. (2015, Februari). MAKNA KEJAHATAN STRUKTURAL KORUPSI DALAM PERSPEKTIF TEORI STRUKTURASI ANTHONY GIDDENS. 135-171

Erlina. (2014, Desember). ANALISA KRIMINOLOGI TERHADAP KEKERASAN DALAM KEJAHATAN. 217-228.

Sampson, Robert J. W, Byron Groves. (1989). Community Structure and Crime : Testing Social-Disorganization Theory. No. 4: 774-802.

Clemens, Justin. Bentham, torture, modernity, Cogent Arts & Humanities. Australia, 2017.

Davie, N. (2006, December). A Liberal Utopia Behind Bars? Jeremy Bentham and the Panopticon Prison. 1-7.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun